kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi cengkeh berlebih, ekspornya melejit


Kamis, 20 Desember 2018 / 20:31 WIB
Produksi cengkeh berlebih, ekspornya melejit
ILUSTRASI. PANEN RAYA CENGKIH


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor komoditas cengkeh Indonesia tengah mengkilap. Produksi dalam negeri berlebih dan penyerapan dalam negeri terhitung aktif, sehingga sisa cengkeh yang tidak diserap pabrik rokok berhasil di ekspor dengan nilai lebih.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk periode Januari-November 2018, ekspor cengkeh dari Indonesia mencapai US$ 76,97 juta alias naik 211,44% dari periode sama tahun lalu di US$ 24,71 juta.

Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia Gamal Nasir menyampaikan produksi cengkeh tahun ini sedang bagus dan ekspor tahun ini melejit berkat permintaan dari sejumlah negara di Timur Tengah.

"Iklim tahun ini bagus karena curah hujan tidak tinggi dan Mesir adalah peluang baru selain Eropa," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (20/12).

Menurutnya, pada pertengahan tahun ini Mesir membeli hingga 15 ton cengkeh dengan nilai US$ 99.000.

Walau negara-negara di Timur Tengah seperti Mesir, Arab Saudi dan Yordania sudah menjadi langganan tujuan ekspor rempah Indonesia sedari dulu, namun ke depan optimistis ada peningkatan dikarenakan produksi cengkeh yang mulai stabil meningkat.

Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Agus Wahyudi menyampaikan produksi cengkeh tahun ini diperkirakan mencapai 130.000 ton dengan luas lahan 500.000 hektare.

Bila iklim cuaca tahun 2019 serupa dengan tahun ini maka produksinya bisa kembali mencapai kisaran 130.000 ton lagi, namun dengan kualitas yang lebih baik.

Berkat produksinya yang tengah baik, harga cengkeh menurut Agus memang sedang turun ke kisaran Rp 80.000 - Rp 90.000 per kilogram dari biasanya yang bisa mencapai Rp 100.000 per kg.

Tapi meningkat penyerapan dalam negeri dan luar negeri tetap kuat, maka minat petani masih besar terutama untuk menyuplai sektor pabrik rokok.

Adapun kebutuhan pabrik rokok setahun adalah 120.000 ton setahun atau menyerap hingga 90% produksi nasional. Sehingga dari sisi industri, produksi dalam negeri telah memenuhi kebutuhan sektor pengolahnya.

"Cengkeh sudah swasembada, dan walau produksinya memang naik turun, pabrik rokok biasa punya buffer stok dan menyimpan cengkeh karena semakin lama semakin bagus untuk mendapatkan kualitasnya," kata Agus saat dihubungi Kontan.

Walau demikian, hingga saat ini memang masih ada impor cengkeh dari Madagaskar, Tanzania dan Komoro.

Menurut data BPS, impor cengkeh selama Januari-November tahun ini mencapai US$ 105,33 juta dengan volume sebesar 13.318 ton. Impor ini lebih besar dari yoy lalu di US$ 107,065 juta dan volume 12.797 ton.

Impor ini menurut Agus merupakan bagian dari meracik rasa rokok dan sebagian lain untuk bumbu masakan. Namun secara garis besar produksi cengkeh menurutnya sudah mencapai titik swasembada.

Ke depan, Kemtan berencana merehabilitasi lahan cengkeh yang sudah tua. Walau tak merinci besaran anggarannya, Agus menyampaikan bakal ada program pembagian bibit, peningkatan produktivitas dan penanganan hama penggerek batang cengkeh. Namun Kemtan tidak akan menambah luas lahan cengkeh lagi.

"Kita tidak akan menambah areal cengkeh lagi karena sudah cukup kita justru akan merehabilitasi cengkeh terutama yang kena hama penggerek batang di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×