Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TEMBAGAPURA. PT Freeport Indonesia saat ini tengah mengembangkan dua tambang bawah yakni Grasberg Block Cave (GBC) dan Deep Mill Level Zone (DMLZ). Pasalnya open pit Grasberg akan selesai penambangannya pada tahun ini.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyampaikan dalam masa transisi dari penambangan terbuka ke underground mining akan berpengaruh terhadap produksi. Ia memperkirakan penurunan produksi tahun ini dan tahun depan akan berkisar 40% sampai 50% dari kondisi normal.
Baca Juga: Freeport ajukan tambahan kuota produksi konsentrat tembaga hingga 300.000 ton
"Open pit harusnya selesai dulu baru undergroundnya bisa sepenuhnya dikembangkan, sehingga memang ada penurunan produksi. Dari segi keuangan, sebenarnya kami masih profitable tetapi cash flow kami untuk membiayai tambang bawah tanah," ujarnya di Tembagapura, Sabtu (27/7).
Tahun ini, Ia menyebut perusahaan mengalokasikan dana belanja modal sebesar US$ 1 miliar untuk pengembangan tambang tersebut. Asal tahu saja, penambangan bawah tanah bukan hal baru bagi Freeport sebelumnya perusahaan sudah menambang dua tambang bawah tanah lainnya.
Baca Juga: Produksi Mineral dan Batubara Digenjot Demi Mengerek Setoran Negara
"Tahun ini dan tahun depan pendapatan kami akan berkurang karena produksinya berkurang, tetapi tahun 2021 akan menanjak kembali dan tahun 2022 kembali normal," lanjutnya.
Tahun 2022 perusahaan akan bisa menambang 200.000 ton ore per harinya, sedangkan tahun ini dan tahun depan hanya 120.000 ton ore per hari. Yang jelas, saat ini kontributor produksi terbesar berasal dari tambang bawah tanah, sedangkan Grasberg akan berakhir masa penambangannya tahun ini.
Baca Juga: Menteri BUMN berharap semakin banyak warga Indonesia yang bekerja di Freeport
"Tahun 2022 sudah bisa sampai 200.0000 ton ore, 2021 mungkin hanya 60juta ton per tahun. Sedangkan tahun 2020 masih rendah sekitar 40 jutaan ton per tahun," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News