kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Produksi gas dari Jambaran-Tiung Biru bakal molor


Kamis, 01 September 2016 / 12:02 WIB
Produksi gas dari Jambaran-Tiung Biru bakal molor


Reporter: Pratama Guitarra, Syifa Fauziah | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Proyek konstruksi di Lapangan Jambaran-Tiung Biru, Blok Cepu, Jawa Timur untuk fasilitas pengolahan gas yang ditargetkan berproduksi pada 2019 mendatang, belum menemui titik terang. Ada kemungkinan produksi dari lapangan tersebut bakal molor dari jadwal semula.

Asal tahu saja, bila nanti mulai produksi tahun 2019, Lapangan Jambaran-Tiung Biru akan menyemburkan gas sebesar 172 mmscfd. Di proyek itu Pertamina EP Cepu berpatner dengan ExxonMobil Limited dan BUMD.

Adriansyah, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, menyatakan, target produksi pengolahan gas bisa saja mundur akibat saat ini belum ada pihak yang menyatakan sanggup menyerap gas tersebut.  Dia menegaskan bahwa pengembangan gas berbeda dengan pengembangan lapangan minyak bumi.

Maklum, operator ladang gas harus sudah mendapatkan pembeli gas lebih dulu, sebelum konstruksi. "Kami harus menunggu pengembang kepastian siapa yang akan menyerap terlebih dahulu. Kemudian, baru kami kembangkan," ujar Adriansyah kepada KONTAN, Rabu (31/8).

Jika sudah memiliki pembeli gas, barulah pihaknya akan mulai membangun kilang pengolahan dengan kapasitas 330 mmscfd. Adapun pembangunan tersebut membutuhkan waktu kurang lebih selama 36 bulan.

Adriansyah berharap paling lambat tahun ini sudah ada kepastian siapa yang akan membeli seluruh gas yang akan diproduksi oleh Pertamina bersama ExxonMobil tersebut. "Kami berharap awal tahun depan sudah bisa memulai pembangunan konstruksinya," ungkapnya.

Tahun 2012, sudah peminat gas dari Jambaran-Tiung Biru yakni PT Pertamina yang akan dijual ke PT PLN dan PT Pupuk Kujang Cikampek. Namun, belakangan Pupuk Kujang Cikampek mundur akibat gagal mencapai kesepakatan harga. Pupuk Kujang ingin harga gas US$ 7 per mmbtu. Tapi, PEP Cepu tetap mematok harga gas sekitar US$ 9 per mmbtu.

PEP Cepu menilai harga ekonomis pengembangan proyek ini di angka US$ 8 per mmbtu dengan eskalasi 2% per mmbtu. Artinya, pada 2019 maupun 2020  harganya akan semakin mahal. "Harga gas akan semakin mahal, bisa mencapai US$ 9,3 pada 2020 mendatang," ujar Adriansyah.

Tadinya Pupuk Kujang ingin membeli sebanyak 81 mmscfd dan sisanya diambil Pertamina untuk PLN. Namun, belakangan PLN juga meminta turun harga. Maka dari itu,  saat ini Pertamina EP Cepu berharap induk usahanya, yakni

PT Pertamina bisa menyerap gas itu agar proyek bisa jalan. Investasi proyek ini mencapai US$ 6 miliar.

Sayang, Kepala Humas Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z. Yunus belum merespon telepon maupun pesan singkat KONTAN soal kepastian proyek di Jambaran-Tiung Biru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×