Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontraktor minyak dan gas bumi PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan kinerja operasional dan keuangan yang mumpuni dalam sembilan bulan pertama tahun 2020.
Investor Relations Energi Mega Persada Herwin Hidayat menjelaskan, produksi rata-rata gas bumi ENRG hingga kuartal III-2020 mencapai 175 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Jumlah ini sudah melampaui capaian produksi gas bumi perusahaan sepanjang tahun 2019 sebesar 154 juta kaki kubik per hari.
Adapun produksi rata-rata minyak mentah ENRG per kuartal III-2020 mencapai 3.000 barel per hari atau lebih baik dari realisasi produksi di tahun lalu sebesar 2.300 barel per hari.
Baca Juga: Kembangkan bisnis, Energi Mega Persada (ENRG) siapkan capex US$ 100 Juta di 2021
Apabila digabungkan dan dikonversi dalam satuan juta barel ekuivalen per hari (MBOEPD), maka produksi rata-rata migas ENRG sampai kuartal III-2020 telah mencapai 32,2 MBOEPD. Jumlah ini pun tentu lebih tinggi ketimbang realisasi produksi migas ENRG di tahun lalu sebanyak 28 MBPOED.
“Produksi kami masih didominasi dari Blok Malacca Strait, Blok Bentu, dan Blok Kangean,” ungkap Herwin dalam paparan publik virtual, Selasa (22/12).
Hasil tersebut berbanding lurus dengan kinerja keuangan ENRG yang tergolong moncer. Hingga kuartal III-2020, penjualan bersih ENRG tumbuh 25% (yoy) menjadi US$ 239,09 juta. Begitu pula dengan laba bersih perusahaan yang melesat 254% (yoy) menjadi US$ 42,03 juta.
Herwin menyebut, tidak menutup kemungkinan penjualan bersih ENRG akan menyentuh level US$ 300 juta pada akhir tahun nanti.
Manajemen ENRG menilai, volatilitas harga minyak dunia tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja ENRG lantaran mayoritas aset perusahaan memproduksi gas bumi. Nah, harga gas bumi sendiri relatif lebih stabil sepanjang tahun ini terlepas adanya tantangan berupa pandemi Covid-19.
Baca Juga: Logindo (LEAD) ingin tekan rugi bersih jadi US$ 1 juta - US$ 2 juta di tahun depan
Dalam materi paparan publik ENRG, disebutkan bahwa harga rata-rata gas bumi berada di level US$ 5,38 per MMBTU. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan posisi harga di akhir tahun 2019 sebesar US$ 6,53 per MMBTU. Namun, selama periode 2016 sampai 2019 harga rata-rata gas bumi cenderung stabil di kisaran US$ 6 per MMBTU.
Kondisi berbeda dialami pada harga rata-rata minyak mentah. Pada 2016 lalu, harga minyak berada di level US$ 38,50 per barel kemudian sempat meroket ke level US$ 70,83 per barel di tahun 2018. Lalu, harga rata-rata minyak kembali turun menjadi US$ 67,42 per barel di tahun 2019 dan kembali merosot menjadi US$ 41,16 per barel pada akhir kuartal III-2020.
Herwin menyebut, modal ENRG untuk mempertahankan kinerja sekaligus mengembangkan bisnisnya sangat besar. Sebab, saat ini ENRG memiliki cadangan migas terbukti, terukur, dan terkira sebanyak 130 MMBOE. Cadangan tersebut memiliki umur produksi selama 11 tahun berdasarkan nilai produksi saat ini. “Umur produksi migas kami masih cukup panjang dari sisi keekonomian,” ucapnya.
Lebih lanjut, ENRG juga memiliki posisi yang kuat untuk mempertahankan kinerjanya seiring banyaknya para pembeli atau offtaker produk migas milik perusahaan.
Baca Juga: Tunas Baru Lampung (TBLA) targetkan kinerja 2021 bisa lebih baik
Di Blok Bentu misalnya, terdapat offtaker seperti PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Riau Andalan Pulp & Paper, PT Pertamina RU II Dumai, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Di Blok Kangean, ENRG memiliki sejumlah offtaker seperti PT Petrokimia Gresik, PT Pertagas Niaga, PT Indogas Kriya Dwiguna, dan PLN. Sedangkan di Blok Malacca Strait, ENRG memiliki offtaker seperti BOB PT Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu Energi, PLN, dan Pertamina.
“Ini semua menunjukkan bahwa kami melakukan kontrak penjualan dengan perusahaan-perusahaan berskala besar,” pungkas Herwin.
Selanjutnya: Djasa Ubersakti (PTDU) kembangkan proyek perumahan MBR
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News