Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
Kondisi berbeda dialami pada harga rata-rata minyak mentah. Pada 2016 lalu, harga minyak berada di level US$ 38,50 per barel kemudian sempat meroket ke level US$ 70,83 per barel di tahun 2018. Lalu, harga rata-rata minyak kembali turun menjadi US$ 67,42 per barel di tahun 2019 dan kembali merosot menjadi US$ 41,16 per barel pada akhir kuartal III-2020.
Herwin menyebut, modal ENRG untuk mempertahankan kinerja sekaligus mengembangkan bisnisnya sangat besar. Sebab, saat ini ENRG memiliki cadangan migas terbukti, terukur, dan terkira sebanyak 130 MMBOE. Cadangan tersebut memiliki umur produksi selama 11 tahun berdasarkan nilai produksi saat ini. “Umur produksi migas kami masih cukup panjang dari sisi keekonomian,” ucapnya.
Lebih lanjut, ENRG juga memiliki posisi yang kuat untuk mempertahankan kinerjanya seiring banyaknya para pembeli atau offtaker produk migas milik perusahaan.
Baca Juga: Tunas Baru Lampung (TBLA) targetkan kinerja 2021 bisa lebih baik
Di Blok Bentu misalnya, terdapat offtaker seperti PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Riau Andalan Pulp & Paper, PT Pertamina RU II Dumai, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Di Blok Kangean, ENRG memiliki sejumlah offtaker seperti PT Petrokimia Gresik, PT Pertagas Niaga, PT Indogas Kriya Dwiguna, dan PLN. Sedangkan di Blok Malacca Strait, ENRG memiliki offtaker seperti BOB PT Bumi Siak Pusako – Pertamina Hulu Energi, PLN, dan Pertamina.
“Ini semua menunjukkan bahwa kami melakukan kontrak penjualan dengan perusahaan-perusahaan berskala besar,” pungkas Herwin.
Selanjutnya: Djasa Ubersakti (PTDU) kembangkan proyek perumahan MBR
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News