kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.719   49,00   0,29%
  • IDX 6.749   -0,18   0,00%
  • KOMPAS100 972   -0,96   -0,10%
  • LQ45 755   -2,21   -0,29%
  • ISSI 215   0,52   0,24%
  • IDX30 392   -1,04   -0,26%
  • IDXHIDIV20 469   -1,63   -0,35%
  • IDX80 110   -0,15   -0,14%
  • IDXV30 114   -0,42   -0,37%
  • IDXQ30 128   -0,21   -0,17%

Produksi Nikel Turun, PT Vale (INCO) Andalkan Efisiensi dan Diversifikasi Pendapatan


Rabu, 30 April 2025 / 06:55 WIB
Produksi Nikel Turun, PT Vale (INCO) Andalkan Efisiensi dan Diversifikasi Pendapatan
ILUSTRASI. Truk listrik berada di lokasi pertambangan milik PT VALE Indonesia Tbk di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (28/7/2023). Setahun terakhir, PT VALE Indonesia Tbk telah mengoperasikan satu unit truk listrik dan menargetkan seluruh kendaraan pemuat nikel akan mengunakan kendaraan listrik sehingga dapat mengurangi emisi karbon. ANTARA FOTO/Jojon/Spt.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat produksi nikel dalam matte sebesar 17.027 metrik ton pada kuartal I-2025.

Realisasi ini turun 6% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari 18.199 ton pada kuartal I-2024 dan turun 8% dari kuartal sebelumnya sebesar 18.528 ton.

Penurunan produksi ini disebabkan oleh penghentian tak terduga salah satu tanur listrik akibat gangguan sistem elektroda.

Baca Juga: Jadi Direktur BKI, Febriany Eddy Mundur dari Posisi CEO Vale Indonesia (INCO)

Wakil Presiden Direktur dan Chief Operation and Infrastructure Officer Vale Indonesia, Abu Ashar, menjelaskan bahwa kondisi tersebut dimanfaatkan untuk mempercepat jadwal pemeliharaan yang semula dijadwalkan pada kuartal III.

"Langkah ini kami ambil untuk menyelaraskan operasi ke depan agar lebih optimal," ujar Abu dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (29/4).

Sepanjang kuartal I-2025, INCO mengirimkan 17.096 ton nikel matte dan mencatat penjualan sebesar US$ 206,5 juta—lebih rendah dari kuartal IV-2024 yang sebesar US$ 241,8 juta.

Penurunan ini dipicu oleh volume pengiriman dan harga nikel rata-rata yang lebih rendah, yakni US$ 11.932 per ton, turun 5% dari kuartal sebelumnya.

Untuk pertama kalinya, INCO juga melakukan penjualan komersial sekitar 80.000 ton bijih saprolit ke pembeli domestik. Jumlah ini akan meningkat secara bertahap hingga mencapai target 290.000 ton pada paruh pertama 2025, menyusul disetujuinya Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) akhir tahun lalu.

Baca Juga: Tarif Royalti Nikel Naik, Vale Indonesia (INCO) Siapkan Langkah Antisipasi

INCO terus mendorong efisiensi, terbukti dari penurunan biaya pendapatan sebesar 13% secara kuartalan menjadi US$ 187 juta, sekaligus turun 11% secara tahunan.

Penurunan harga komoditas dan strategi pengadaan skala besar menjadi faktor pendorong utama.

EBITDA pada kuartal I-2025 tercatat sebesar US$ 51,7 juta, sedikit lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 54,1 juta akibat turunnya harga jual. Meski begitu, INCO tetap membukukan laba bersih sebesar US$ 21,8 juta.

Konsumsi bahan bakar HSFO, batubara, dan diesel juga mengalami penurunan, sejalan dengan turunnya volume produksi. HSFO turun menjadi 319.536 barel dari 336.513 barel pada kuartal IV-2024.

Konsumsi batubara juga turun dari 121.104 ton menjadi 118.018 ton, sedangkan konsumsi diesel naik menjadi 18.614 kiloliter—angka yang masih dalam batas normal.

Harga HSFO dan batubara masing-masing turun 3% dan 11% dibanding kuartal sebelumnya, sementara harga diesel naik tipis 1% seiring penerapan B40. Turunnya harga batubara juga dipengaruhi oleh perbaikan sistem procurement vendor yang diharapkan mampu menjaga harga dasar ke depan.

Baca Juga: Bijih Nikel Diperkirkaan Menjadi Pendorong Kinerja Vale Indonesia (INCO) di 2025

Penurunan harga komoditas turut menekan biaya tunai per unit penjualan menjadi US$ 8.501 per ton, lebih rendah dari US$ 8.978 per ton pada kuartal IV-2024.

INCO juga tengah menyusun revisi RKAB untuk menambah pasokan 2 juta ton bijih saprolit dari proyek Bahodopi, yang ditargetkan mulai beroperasi pada akhir kuartal II atau awal kuartal III tahun ini.

Sepanjang kuartal I-2025, INCO mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar US$ 128,1 juta untuk mendukung proyek pertumbuhan dan kelanjutan operasional.

Per 31 Maret 2025, kas dan setara kas perusahaan tercatat sebesar US$ 601,4 juta, turun dari US$ 674,7 juta per 31 Desember 2024.

"Manajemen akan terus menerapkan strategi pengelolaan kas yang hati-hati agar menjaga likuiditas dan mendukung agenda pertumbuhan ke depan," tegas Abu.

Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Kalimantan Tengah 30 April-1 Mei 2025: Berawan, Ada Potensi Hujan

Menarik Dibaca: 30 Link Poster Hardiknas 2025 Kreatif Untuk Peringati Hari Pendidikan Nasional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×