kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produksi susu perah penuhi 18% kebutuhan nasional


Senin, 31 Juli 2017 / 20:32 WIB
Produksi susu perah penuhi 18% kebutuhan nasional


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Populasi sapi perah terus menurun dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, populasi sapi perah yang masih produktif hanya berkisar 300.000 sapi. Turunnya populasi ini berdampak pada produksi susu perah di Indonesia. Saat ini, produksi susu perah berkisar 1.500 liter per hari atau hanya mampu memenuhi 18% dari kebutuhan susu nasional.

Ketua Dewan Persusuan Nasional (DPN), Teguh Boediyana mengungkap, saat ini kebutuhan susu nasional sudah mencapai 8.300 liter per hari. Padahal, menurutnya, 10 tahun lalu produksi susu nasional bisa mencapai 1.900 hingga 2.000 liter per harinya.

Pada 2011, populasi sapi perah mencapai 560.000 sapi hingga 570.000 sapi. Angka itu terus berkurang karena pada 2012, pemotongan sapi perah produktif terjadi cukup sering. Bahkan, terdapat lebih dari 30.000 sapi perah produktif yang dipotong di Jawa Barat. "Saat ini sapi perah jantan juga disensus. Padahal sapi jantan itu kan tidak ada hubungannya dengan produksi susu. Jadi sebenarnya dia lebih condong untuk kebutuhan sapi potong," ujar Teguh.

Teguh mengatakan, populasi sapi perah perlu didorong sehingga dapat meingkatkan produksi susu perah. Untuk dapat mengingkatkan produksi susu juga harus disertai dengan pemberian pakan yang baik, manajemen yang baik, serta populasi sapi perah yang cukup. Dia bilang, bila populas sapi perah tidak mencukupi maka pemerintah juga harus melakukan impor sapi perah.

“Jika populasi tidak cukup, mau tidak mau harus impor. Kalau impor harganya sangat mahal. Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan subsidi sapi perah impor supaya peternak dapat lebih memiliki kemungkinan dalam memeliharanya,” terang Teguh.

Menurut Teguh, bila tidak ada upaya pemerintah untuk memperbaiki hal ini, maka produksi susu perah akan terus berkurang sehingga dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, Indonesia harus mengimpor susu hingga 90%. “Berdasarkan prediksi Asosiasi Industri Pengolah Susu, bila kondisi terus seperti ini, produksi susu segar dalam negeri hanya dapat memenuhi 10% dari kebutuhan nasional,” ujar Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×