Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Dewan Persusuan Nasional (DPN) Teguh Boediyana memperkirakan produksi susu segar di tahun ini akan sama seperti tahun lalu. Artinya, produksi susu masih berkisar 1.600 ton sehari atau sekitar 600.000 ton dalam setahun.
Teguh berpendapat, salah satu faktor penyebabnya adalah sulitnya menemukan pakan ternak untuk sapi perah. "Kalau 5 tahun lalu tempat terbuka masih banyak, hjauan masih banyak. Saat ini sudah berkurang peternak harus membeli beban yang menambah beban kepada peternak," ujar Teguh kepada Kontan.co.id, Senin (8/1).
Menurut Teguh, hal ini pun menyebabkan peternak enggan menambah sapi perahnya. Sehingga bila dirata-ratakan, peternak memiliki sapi perah sebanyak 2-4 ekor.
Meski begitu, Teguh pun berpendapat populasi sapi perah belum akan berkurang. Hal itu dikarenakan murahnya harga sapi potong saat ini karena masuknya daging beku impor, sehingga memotong sapi perah bukan menjadi pilihan bagi peternak . "Tetapi bukan berarti kami juga mentolerir masuknya daging impor," tambah Teguh.
Populasi sapi perah saat ini sulit bertambah karena hanya mengandalkan kelahiran alami saja. Menurut Teguh, pemerintah juga hanya fokus meningkatkan populasi sapi potong di mana peningkatan tersebut pun dinilai belum berhasil.
Menurut Teguh, peternak pun membutuhkan bantuan subsidi dari pemerintah untuk mengimpor sapi perah. Menurut Teguh, populasi sapi perah betina baik yang dara maupun laktasi hanya berkisar 350.000 ekor.
Kebutuhan susu untuk Industri Pengolahan Susu (IPS) pun masih tinggi. Kebutuhan susu untuk IPS saja berkisar 3,7 juta ton. Karena itu, populasi sapi harus terus ditambah.
Apalagi, menurut Teguh, di tahun 2020, diprediksi susu lokal hanya akan mampu memenuhi kebutuhan IPS sebesar 10%. Dia pun mengatakan, harus ada payung hukum yang melindungi peternak sapi perah bila tidak ingin kehilangan sumber susu segar di Indonesia.
Sementara itu, saat ini harga susu segar yang memiliki kualitas baik di tingkat peternak hanya berkisar Rp 5,500 per liter. Sementara, menurut Teguh harga susu segar setidaknya berkisar Rp 7.000 per liter, mengingat biaya produksinya yang tinggi.
Harga susu internasional pun dianggap berpengaruh menentukan harga susu lokal, di mana IPS akan sulit menerima susu lokal apabila harganya jauh lebih tinggi dibandingkan susu impor. Padahal, Teguh bilang harga susu internasional dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan.
"Yang untung sekarang IPS karena harga susu internasional jatuh, sementara harga susu di konsumen masih tetap," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News