kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri pengolahan malas serap susu segar lokal


Kamis, 24 November 2016 / 12:05 WIB
Industri pengolahan malas serap susu segar lokal


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini

BOYOLALI. Pelaku industri pengolahan susu masih mengandalkan susu impor sebagai bahan baku produksi ketimbang susu dalam negeri. Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Agus Warsito mengatakan, dari total 51 industri pengelolahan susu di Indonesia, hanya sekitar delapan industri pengolahan susu yang menyerap susu segar dari dalam negeri. 

Industri tersebut mengkombinasikan bahan baku antara susu impor dengan susu lokal.  Nah, selebihnya menggunakan 100% bahan dari luar negeri. "Impor susu berasal dari Selandia Baru dan Australia berupa bubuk skim atau skim milk powder, lemak susu, dan bubuk susu mentega," ujar Warsito, Rabu (23/11).

Hitungan Warsito, penyerapan susu dalam negeri menunjukkan tren penurunan. Pada tahun 1998 silam, penyerapan susu dalam negeri masih sekitar 30%. Angka itu turun menjadi 28% di tahun 2008 dan tahun ini  cuma sekitar 18%. "Apabila terdapat langkah konkret dari pemerintah untuk melindungi peternakan rakyat, maka penyerapan susu dalam negeri di tahun 2020 akan di angka 13%," kata Agus.

Dari porsi 18% penyerapan susu segar dalam negeri, sekitar 85% diserap dari susu peternakan rakyat. Sisanya dari peternakan besar. Salah satu penyebab turunnya daya serap susu segar dalam negeri disebabkan serbuan susu impor dengan harga lebih murah ketimbang lokal. Ketua I Koperasi Unit Desa (KUD) Mojosongo, Boyolali Umbul Sentosa mengatakan, rata-rata harga susu lokal antara Rp 4.000 sampai Rp 4.500 per liter. 

Angka tersebut lebih mahal dibandingkan harga susu impor sekitar Rp 3.600 dengan volume yang sama. "Padahal biaya operasional peternak sapi perah lebih besar dibandingkan harga jual susu segar dalam negeri, sehingga peternak hanya untung sedikit. Bahkan merugi," ujar Umbul.

Sejumlah industri pengolahan susu penyerap susu sapi dalam negeri antara lain PT Frisian Flag Indonesia, PT Ultrajaya Milk Industry, PT Sarihusada Generasi Mahardhika, PT Indolakto dan Nestle Indonesia. 

Kemudian, Greenfields Indonesia, Garuda Food serta produsen merek susu nasional, Cita Nasional. Mayoritas bahan baku Cita Nasional menggunakan susu segar dalam negeri. 

Manajer Cita Nasional Iskandar Mukhlas mengatakan , pihaknya menggunakan susu  segar dalam negeri untuk susu pasteurisasi dan yoghurt. "Susu dalam negeri memiliki kelebihan di rasa," ujarnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×