Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Ekspansi sejumlah perusahaan rumahsakit tahun ini bakal mendatangkan berkah bagi perusahaan penyedia alat kesehatan. Didukung kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pelaku industri alat kesehatan memproyeksikan bisnis alat kesehatan tahun ini bisa lebih baik dari tahun 2016.
Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk Yasser Arafat, bilang, Indofarma tahun ini akan memproduksi alat kesehatan untuk mengejar cuan lebih banyak. "Nanti kami memulai produksi alat diagnostik dan tempat tidur untuk rumahsakit di Cibitung (Bekasi)," kata Yasser kepada KONTAN, Rabu (4/1).
Dengan memproduksi sendiri, emiten berkode saham INDF tersebut berharap, bisa mengurangi impor alat kesehatan. Selama ini INDF mengandalkan impor untuk memenuhi alat kesehatan yang dipasarkan di dalam negeri.
Karena impor, harga alat yang dipasarkan riskan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). "Kami mengimpor alat kesehatan dari 30 prinsipal," kata Yasser.
Untuk memasarkan alat kesehatan, INDF mengandalkan kinerja anak usahanya, PT Indofarma Global Medika. Meski tahun ini permintaan alat kesehatan diproyeksikan akan tumbuh, sampai kuartal III-2016, penjualan alat kesehatan INDF terbilang melandai atau turun 6,1% menjadi Rp 299,23 miliar.
Menurut Yasser, penurunan karena dua hal. Pertama, kakalah bersaing dari kompetitor, terutama perusahaan yang mengambil keuntungan mini di bisnis alat kesehatan. Kedua, pengadaan pemerintah mulai menurun.
Yaser bilang, pengadaan alat kesehatan melalui e-catalog tiap tahun menurun. "Bisa dilihat pemain besar seperti Kimia Farma maupun Kalbe Farma juga mencatat kondisi hampir sama. Yang ambil untung itu justru pemain-pemain kecil," jelas Yasser.
Proyeksi penjualan alat kesehatan yang lebih baik juga disampaikan Vidjongtius, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Kalbe Farma Tbk. "Penjualan mirip dengan obat, pasar alat kesehatan akan membaik di 2017," kata Vindjongtius.
Ia memproyeksikan pertumbuhan penjualan antara 5% sampai 6% di tahun ini.Meski memproyeksikan tumbuh, penjualan alat kesehatan emiten berkode saham KLBF ini juga turun.
Sampai kuartal III-2016, penjualan alat kesehatan KLBF menurun sekitar 3,1% menjadi Rp 306,50 miliar
Potensi kenaikan permintaan alat berat tahun 2017 juga diintip PT Phapros Tbk. Imam Arif Juliadi, Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk, bilang, saat ini pihaknya mempersiapkan rencana bisnis untuk menggeber bisnis alat kesehatan.
Untuk itu, Phapros menggandeng sister company-nya, PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB). Asal tahu saja, tahun 2016, kedua anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) itu telah memproduksi implan untuk rumahsakit. "Dari sisi pendapatan, bisnis kami ini masih kurang 5% dari pendapatan, " kata Imam.
Selain implan, Phapros sedang mengembangkan VP Shunt, alat pembuangan cairan untuk di kepala untuk anak-anak hydrocephalus Imam berharap, kedua produk tersebut menjadi andalan Phapros meraup cuan dari bisnis alat kesehatan. "Rencananya ada satu produk baru lagi yang kami kembangkan," kata Imam, tanpa menyebut nama produk tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News