kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Produsen kopi kesulitan memenuhi permintaan kopi yang meningkat


Jumat, 03 Desember 2010 / 10:50 WIB
Produsen kopi kesulitan memenuhi permintaan kopi yang meningkat
ILUSTRASI. Aplikasi Bonceng


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Rizki Caturini


JAKARTA. Gangguan cuaca tahun ini merepotkan para eksportir kopi. Pasalnya, meskipun permintaan kopi dari pasar ekspor banyak, namun mereka tak bisa memenuhinya lantaran pasokan kopi terbatas. Karena itu, sulit mengharapkan ekspor kopi Indonesia ini naik dibanding tahun lalu.

"Bagaimana mau meningkatkan ekspor kalau kopinya terbatas," kata Rachim Kartabrata, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) kepada KONTAN, Kamis (2/12).

Sebenarnya kenaikan permintaan kopi tahun ini tidak terlalu besar. Mengacu pada prediksi International Coffee Organization (ICO), permintaan kopi hanya naik 2%-3% setiap tahunnya. Masalahnya, curah hujan yang tinggi membuat banyak bunga kopi rontok dan panen kopi pun berkurang. Akibatnya, walaupun harganya cukup menarik namun para eksportir tak bisa menggenjot ekspor. "Barangnya enggak ada, apa yang mau dikirim," celetuk Rachim.

Muchtar Lutfi, Ketua Litbang, AEKI Lampung, menambahkan, saat-saat menjelang akhir tahun seperti ini, permintaan kopi robusta di Eropa meningkat. Maklum, sejumlah negara di benua tersebut memasuki musim dingin dan badai salju. “Cuaca badai itu ternyata menaikan konsumsi kopi warga Eropa,” kata Muchtar.

Dalam cuaca normal saja, tutur Muchtar, permintaan kopi di Eropa mengalami peningkatan karena Eropa adalah negara yang mengkonsumsi 3-15 kilogram kopi per kapita per tahun
Karena permintaan masih tinggi, sementara produksi di negara-negara produsen kopi terbatas, maka harga kopi di pasar dunia cenderung tinggi.

Memang, harga kopi sempat turun di akhir November 2010 lalu. Harga kopi robusta di bursa komoditi London, misalnya, sempat turun menjadi US$ 1.799 per ton. Tapi, di awal Desember ini harganya kembali naik lagi (1/12) menjadi US$ 1.816 per ton. Muchtar menilai, pemicu utama kenaikan adalah lebih besarnya permintaan ketimbang pasokan.

ICO mencatat, selama setahun belakangan terjadi penurunan pasokan kopi robusta dibandingkan. Pasokan kopi robusta turun dari 36 juta kantong di 2009 menjadi 31,8 juta kantong di 2010. Berkurangnya pasokan inilah yang menjadi sumber kenaikan harga kopi jenis robusta.

AEKI Lampung memperkirakan, produksi kopi di daerahnya hingga akhir 2010 kemungkinan hanya 250.000 ton. "Ini lebih rendah dibandingkan produksi kopi tahun lalu sebanyak 350.000 ton," kata Muchtar. Penurunan produksi kopi di Lampung ini akan menyebabkan turunnya ekspor kopi Indonesia. Maklum, kopi Lampung menyumbang sekitar 85% ekspor kopi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×