kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.585.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.365   5,00   0,03%
  • IDX 7.171   16,08   0,22%
  • KOMPAS100 1.060   2,49   0,24%
  • LQ45 834   1,35   0,16%
  • ISSI 214   0,05   0,02%
  • IDX30 430   1,01   0,24%
  • IDXHIDIV20 510   -1,34   -0,26%
  • IDX80 121   0,13   0,11%
  • IDXV30 124   -0,74   -0,59%
  • IDXQ30 141   -0,35   -0,25%

Program HGBT Dinilai Perlu Dilanjutkan, Ini Alasannya


Senin, 20 Januari 2025 / 22:19 WIB
Program HGBT Dinilai Perlu Dilanjutkan, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Kinerja Industri Ban: Karyawan menata ban di Depok, Senin (21/8/2023).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat menilai program  Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) perlu diperpanjang kembali untuk  memberikan ruang bagi industri untuk mempertahankan efisiensi produksi dan daya saingnya.

Ekonom dari CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, program HGBT sebelumnya telah membantu industri dalam menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing, terutama di tengah tantangan pemulihan ekonomi.

Namun, program yang berlaku untuk tujuh industri itu, yaitu industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet, telah telah berakhir pada 31 Desember 2024. Sehingga 7 industri itu kini harus kembali dikenakan harga gas komersil.

"Apalagi, kita tahu bahwa harga gas untuk industri di Indonesia dengan beberapa negara pembanding, misalnya Vietnam Thailand dan Malaysia relatif masih tinggi," ujar Yusuf dalam keterangannya, Senin (20/1).

Baca Juga: HGBT 7 Sektor Industri Dipastikan Lanjut, Tambahan Sektor Baru Sedang Dikaji

Ia menilai dengan berakhirnya harga gas murah maka mempengaruhi daya saing dari 7 industri tersebut. Menurutnya, hal itu akan bertolak belakang dengan rencana pemerintah dalam upaya mendorong kembali ke industrialisasi yang ditetapkan sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebut, kebijakan gas murah memang memberikan dampak terhadap keuangan negara karena pemerintah tentu harus memberikan subsidi terhadap harga gas.

Namun, kata Yusuf, penurunan penerimaan negara dari memberikan subsidi dapat meningkatnya aktivitas perekonomian terutama dari sektor industri yang terkena dampak positif dari harga ga industri yang lebih murah.

"Jika tak diperpanjang, dampak langsungnya adalah kenaikan biaya produksi yang signifikan bagi 7 sektor industri yang kini harus membayar harga gas komersial. Hal ini berpotensi memicu kenaikan harga produk akhir, menurunkan daya saing industri domestik di pasar global, dan dapat mengancam keberlangsungan industri yang sangat bergantung pada gas bumi," jelasnya.

Sementara jika diperpanjang, kata dia, maka akan memberikan ruang bagi industri untuk tetap mempertahankan efisiensi produksi dan daya saingnya.

Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Dalam Negeri, Pemerintah Berencana Stop Ekspor Gas

Sebelummnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengaku menerima banyak keluhan dari industri terkait harga gas yang mahal. Hal ini karena pemerintah belum juga memperpanjang program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk tujuh sektor industri senilai 6 dolar AS per MMBTU.

Agus menjelaskan, komponen gas dalam sebuah industri merupakan yang hal yang penting untuk produksi, termasuk bahan baku utama. Oleh sebab itu, ia  berharap program HGBT untuk tujuh sektor industri senilai 6 dolar AS per MMBTU dapat segera berlaku kembali.

Selanjutnya: Dolar AS Terus Melemah, Euro dan Yuan Melonjak Setelah Trump Mengomentari Tarif

Menarik Dibaca: Hujan Turun di Daerah Mana? Ini Ramalan Cuaca Besok (21/1) di Jawa Barat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×