Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan semakin leluasa dalam dalam melakukan investasi maupun dalam membidik kontrak baru setelah perusahaan mendapatkan pembayaran tahap pertama dari pengerjaan proyek kereta ringan atau Ligh Rail Transit (LRT) Jabodetabek sebesar Rp 3,4 triliun.
Hingga akhir Februari 2018, ADHI telah berhasil mengantongi kontrak baru sebesar Rp 1,32 triliun atau 5,66% dari target perusahaan tahun ini Rp 23,3 triliun. Oleh karena itu, perusahaan masih akan terus mengejar tender proyek baru disamping menggarap proyek-proyek yang sudah didapat seperti LRT.
Pundjung, Direktur ADHI mengatakan, perusahaan tidak akan ada permasalahan lagi dalam membangun proyek LRT setelah PT Kereta Api Indonesia (KAI) melakukan pembayaran untuk pengerjaan hingga September 2017. " Selanjutnya, pembayaran akan dilakukan tiga bulan sekali sesuai progres pekerjaan. Arus kas Adhi akan semakin membaik. Dari sisi komersial proyek LRT sudah tidak ada masalah," katanya di Jakarta, Selasa (13/3).
Dirinya optimistis pembangunan LRT tersebut akan rampung pada pertengahan tahun 2019. Dia bilang, progress pembangunan proyek secara keseluruhan telah mencapai 34,5% hingga minggu kedua Maret 2018. Di mana lintasan Cawang- Cibubur sepanjang 14,89 kilometer (km) telah mencapai 57,55%, Cawang-Dukuh Atas sepanjang 11,05 km mencapai 18,2%, dan lintasan Cawang-Bekasi Timur 18,49 km sebesar 39,58%.
Sementara General Manager LRT Agus Haryanto menjelaskan, dalam proses pengerjaaan proyek LRT, Adhi Karya sudah memperhatikan segala aspek keselamatan konstruksi, mulai dari penggunaan alat berat atau crane, memperhatikan kapasitas sling, mengecek semua flat yang diguankan, sampai melakukan test kecepatan angin. " Penggunanaa crane itu, kami selalu menggunakan tolak ukur boom lifting capasity. Sementara jika kecepatan angin lebih dari 10 knot, pekerjaan crane juga harus berhenti," jelasnya.
Sebelum pekerjaaan di lapangan, lanjutnya Agus, Adhi Karya juga sudah memastikan kondisi lokasi yang dikerjakan sudah aman. Sementara terkait terjadinya kebocoran pipa gas PGN di depan Gedung BNN pada Senin (12/3) lalu, menurutnya disebabkan oleh adanya aktivitas konstruksi di sekitar lokasi kejadian yang dilakukan oleh subkontraktor perusahaan.
"Pekerjaan sudah prosedur. Sebelumnya sudah test fit dan melakukan penggalian manual. Sudah ditetapkan tidak boleh ada pekerjaan di area itu
tetapi ada pihak subkontraktor yang mungkin ingin mempercepat pekerjaan. Tetapi kejadian itu juga langsung kita tangani dengan cepat bekerjasama dengan PGN dan tidak ada lagi masalah," jelas Agus.
Untuk mengantipasi kejadian serupa dan melancarkan komunikasi dengan para subkontraktor di lapangan, managemen adhi sudah menetapkan bahwa pengendali pekerjaan di lapangan adalah supervisor bukan operator (subkontrator). Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, tim LRT Jabodebek terus mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja dengan melakukan seluruh kegiatan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Dalam pembangunan LRT Jabodetabek, Adhi Karya menggunakan U Shaped Girder. Jenis ini memiliki banyak kelebihan dari I Girden maupun Box Girder. Menurut Agus,girden yang dipakai tersebut lebih efisien untuk proyek rell kereta. " Kalau pakai box girder harus tambah struktur 5 meter di atas tiang pancang dan I Girder harus tambah 3 meter. Sementara kalau U Shaped Girden hanya butuh tambahan 2,1 meter, jadi lebih pendek sehingga pengerjaanya juga bisa cepat," terang Agus.
Untuk erection atau pemasangan satu U Shaped Girden hanya membutuhkan satu hari. Sedangkan untuk I Girden butuh 12 hari dan Box Girder butuh pengerjaaan tujuh hari. Agus bilang, banyak inovasi-inovasi baru yang digunakan untuk pembangunan proyek LRT tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News