kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.115.000   10.000   0,48%
  • USD/IDR 16.454   4,00   0,02%
  • IDX 8.025   67,48   0,85%
  • KOMPAS100 1.124   9,97   0,90%
  • LQ45 815   8,29   1,03%
  • ISSI 276   2,50   0,91%
  • IDX30 424   4,41   1,05%
  • IDXHIDIV20 490   3,80   0,78%
  • IDX80 123   1,15   0,94%
  • IDXV30 134   1,41   1,07%
  • IDXQ30 137   0,82   0,60%

Prospek Ekspor CPO RI Menguat di Tengah Kesepakatan Dagang Eropa dan Tarif AS


Jumat, 01 Agustus 2025 / 17:22 WIB
Prospek Ekspor CPO RI Menguat di Tengah Kesepakatan Dagang Eropa dan Tarif AS
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/YU. Prospek ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia dinilai semakin menjanjikan di tengah dinamika perdagangan global.


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia dinilai semakin menjanjikan di tengah dinamika perdagangan global. 

Dua perkembangan terbaru menjadi sorotan: kesepakatan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) sebesar 19%.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menyambut positif rencana ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa sebesar 1 juta ton per tahun tanpa bea masuk. 

Kebijakan tersebut merupakan bagian dari IEU-CEPA yang ditargetkan rampung pada September 2025.

Baca Juga: Gapki Yakin Ekspor Sawit ke AS Tetap Kuat meski Indonesia Kena Tarif 19%

“Kalau memang benar, tentu ini kabar baik. Tapi kami belum tahu apakah ini tambahan dari ekspor yang sudah ada, karena saat ini ekspor kita ke Uni Eropa sudah sekitar 3 hingga 4 juta ton per tahun,” ujar Eddy kepada Kontan, Jumat (1/8).

Sementara itu, di pasar Amerika Serikat, GAPKI menilai ekspor CPO Indonesia masih aman meskipun dikenai tarif dasar sebesar 19%, setara dengan tarif yang diterapkan kepada pesaing utama seperti Malaysia.

“Pangsa pasar kita di AS mencapai 89%. Tahun 2023 kita ekspor 2,5 juta ton, dan sedikit menurun menjadi 2,2 juta ton di 2024. Jadi sebenarnya masih sangat aman,” ungkap Eddy.

Eddy juga menyoroti bahwa penurunan tarif dari sebelumnya 34% menjadi 19% merupakan langkah positif. 

Ia menjelaskan, dalam perjanjian dagang antara Indonesia dan AS, terdapat klausul yang memungkinkan peninjauan ulang tarif atas produk yang tidak diproduksi oleh AS.

“Artinya, masih ada potensi tarif turun lagi khusus untuk produk-produk seperti sawit yang tidak diproduksi oleh mereka,” jelasnya.

Dengan produksi sekitar 52–54 juta ton per tahun, Eddy menyebut Indonesia masih memegang posisi sebagai produsen CPO terbesar di dunia, jauh di atas Malaysia yang hanya memproduksi 18–19 juta ton. 

Kondisi ini menjadi modal kuat dalam menjaga dominasi ekspor, terutama ke pasar utama seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Harga CPO Melambung, Gapki Sarankan Penerapan Mandatori B50 Lebih Fleksibel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×