kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prospek industri farmasi dan obat herbal pada kuartal IV 2020


Jumat, 06 November 2020 / 19:33 WIB
Prospek industri farmasi dan obat herbal pada kuartal IV 2020
ILUSTRASI. Prospek industri farmasi dan obat herbal pada kuartal IV 2020


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri Kimia, farmasi, dan obat tradisional menjadi salah satu sektor yang menunjukkan pertumbuhan di tengah pandemi pada sepanjang kuartal III tahun ini.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menyebutkan bahwa sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional di kuartal III 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,69% dibanding kuartal II 2020 lalu.

Menurut Agus, pertumbuhan sektor kimia, farmasi, dan obat tradisional didukung oleh peningkatan produksi obat-obatan, multivitamin dan suplemen untuk memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi wabah Covid-19.

“Kalau dilihat secara tahunan, industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh paling tinggi hingga 14,96%,” tambah Agus dalam keterangan tertulis, Kamis (5/11).

Baca Juga: Kinerja Emiten Kesehatan Kebal Pandemi , Cermati Saham KLBF dan IRRA

Temuan di atas dikonfirmasi oleh pemain industri farmasi. Corporate Secretary PT Phapros Tbk (PEHA), Zahmilia Akbar mengatakan, permintaan produk-produk farmasi yang berkaitan dengan Covid-19 memang meningkat.

Walhasil, penjualan produk-produk perusahaan seperti vitamin, produk kortikosteroid, serta  hand sanitizer dan desinfektan perusahaan tumbuh secara cukup signifikan.

Seiring dengan hal ini, Zahmilia mengungkapkan komposisi penjualan produk perusahaan ikut berubah, namun perubahan tersebut tidak sampai membuat  porsi kontribusi penjualan produk-produk terkait Covid-19 mendominasi penjualan perusahaan.

“Salah satu produk pareto kami, yaitu Antimo yang sangat erat kaitannya dengan traveling dan pariwisata cukup tertekan, sebaliknya produk multivitamin kami dan produk lain (generik dan branded) terkait covid pertumbuhannya cukup signifikan,” jelas Zahmilia kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11).

Baca Juga: Pemerintah akan suntikkan dana PMN Rp 2 triliun ke Biofarma pada tahun ini

Lebih lanjut, Zahmilia memperkirakan penjualan perusahaan masih akan didorong oleh produk-produk yang berkaitan dengan Covid-19 di kuartal IV 2020. Meski begitu, pihaknya juga berharap produk-produk perusahaan yang tidak berkaitan dengan Covid-19 bisa terus memberikan kontribusi yang besar.

Senada, Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Vidjongtius juga menyampaikan bahwa permintaan vitamin, suplemen, dan produk herbal yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh mengalami kenaikan, sebab obat yang ditujukan untuk penyembuhan Covid-19 saat ini masih banyak dalam tahap uji klinis.

Perkiraan Vidjongtius, tren pemulihan pasar di sektor farmasi dan obat herbal masih akan terus berlanjut di kuartal IV. Optimisme ini berdasar pada tren pertumbuhan permintaan produk herbal yang masih positif di awal kuartal IV 2020.

“Kami memperkirakan pertumbuhan produk herbal Kalbe di tahun ini berkisar 10%-15%, sedangkan produk farmasi (obat resep dan obat bebas) Kalbe secara keseluruhan berkisar 0%-5%,” ujar Vidjongtius  kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11).

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), Leonard mengungkapkan, pihaknya memang menjumpai adanya tren pemulihan pasar di sektor farmasi dan obat tradisional. Seiring dengan hal ini, ia berujar bahwa penjualan SIDO di kuartal III 2020 mengalami kenaikan secara kuartalan dibanding kuartal II 2020.

Leonard memang tidak mengungkap berapa kenaikan penjualan secara kuartalan yang dimaksud, namun kalau melihat laporan keuangan perusahaan, penjualan perusahaan di sembilan bulan pertama memang masih mengalami pertumbuhan secara tahunan atau year-on-year (yoy), meski tidak sampai double digit.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) ekspansi rute ke tiga destinasi wisata unggulan nasional

Tercatat, penjualan SIDO tumbuh 6,04% yoy dari semula Rp 2,12 triliun pada Januari-September 2019 menjadi Rp 2,25 triliun di Januari-September 2020. Seturut pertumbuhan penjualan, laba bersih perusahaan ikut terungkit 10,78% dari semula Rp 578,44 miliar pada Januari-September 2019 menjadi Rp 640,80 miliar pada Januari-September 2020.

“Salah satu faktor utama peningkatan ini menurut kami adalah kembali berjalannya aktivitas bisnis sehingga masyarakat mulai beraktivitas kembali,” tutur Leonard kepada Kontan.co.id, Jumat (6/11).

Menyoal prospek ke depan, Leonard mengaku belum bisa menaksir kondisi pasar di kuartal IV 2020. Yang terang, SIDO masih mengejar pertumbuhan single digit untuk penjualan dan pertumbuhan double digit untuk laba bersih sampai tutup tahun nanti.

Strateginya, SIDO akan memaksimalkan momentum pemulihan dengan memacu penjualan di kanal penjualan general trade yang sebelumnya sempat terdampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal tersebut akan dibarengi dengan kegiatan pemasaran dan promosi yang tepat sasaran, efektif dan efisien.

Selanjutnya: Kinerja oke di kuartal III 2020, bagaimana rekomendasi saham Kalbe Farma (KLBF)?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×