kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Provinsi Bangka Belitung Simpan Sumber Daya Logam Tanah Jarang (LTJ) Paling Besar


Minggu, 17 September 2023 / 18:47 WIB
Provinsi Bangka Belitung Simpan Sumber Daya Logam Tanah Jarang (LTJ) Paling Besar
ILUSTRASI. Logam Tanah Jarang. REUTERS/David Becker/File Photo


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan, indikasi sumber daya Logam Tanah Jarang (LTJ) berada di sejumlah wilayah di Indonesia yakni di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Kalimantan Barat, Privinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Sulawesi Tengah.

Berdasarkan data pemetaan yang dilakukan Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2020, terindikasi adanya LTJ di 7 lokasi, keterdapatan LTJ di 9 lokasi, dan sudah terpetakan menjadi sumber daya LTJ di 8 lokasi.

Adapun 8 lokasi tersebut berada pada tahapan eksplorasi awal sehingga informasinya masih cukup terbatas. Sebagian besar potensi LTJ berada di Provinsi Bangka Belitung dengan sumber daya mineral monasit 186.663 ton dan senotim 20.734 ton.

Kemudian di Provinsi Sumatera Utara sumber daya LTJ sebesar 19.917 ton, Provinsi Kalimantan Barat sumber daya laterit 219 ton, dan Sulawesi Tengah sumber daya laterit 443 ton.

Baca Juga: Malaysia Berencana Setop Ekspor Logam Tanah Jarang (LTJ), Bagaimana Sikap Indonesia?

Jika mengacu pada target Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, seharusnya pada 2015-2019 Indonesia sudah memiliki industri dalam bidang konsentrat logam tanah jarang.

Kemudian pada tahun 2020- 2024, target tersebut menyatakan, seharusnya sudah mulai dibangun industri penghasil logam tanah jarang. Kemudian pada tahun 2025-2035, akan dilanjutkan dengan pembangunan industri logam tanah jarang untuk komponen elektronik.

Namun jika melihat status hingga saat ini, target pembangunan industri logam tanah jarang belum tercapai sesuai rencana yang tertuang di atas kertas RIPIN.

Maka itu, Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengemukakan Indonesia akan lebih serius memaksimalkan logam tanah jarang dengan lebih jauh mengecek keberadaannya dan berapa banyak potensinya.

“Ya pastilah (RI mau lebih serius memaksimalkan LTJ), LTJ itu harus kita cek di mana keberadaannya nih, berapa banyak. pastilah nggak boleh kita ekspor gitu aja. Kan udah jarang, dikit lagi,” tuturnya di Kementerian ESDM, Jumat (15/9).

Baca Juga: Jaga Cadangan, Kementerian ESDM Buat Aturan Klasifikasi Mineral Kritis

Saat ini Badan Geologi gencar melakukan eksplorasi di sejumlah wilayah. Eksplorasi tersebut dilakukan untuk mengetahui potensi keterdapatan LTJ di area potensi laterit di luar Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), sehingga nantinya dapat dipersiapkan WIUP mineral LTJ.

Pada tahun 2022, Badan Geologi melakukan eksplorasi potensi LTJ di Mamuju, Sulawesi Barat dan Parmonangan, Sumatera Utara. Ekplorasi tersebut dilakukan dua tahap, yakni eksplorasi awal, meliputi pemetaan, georadar dan geomagnet, sumur atau parit uji, serta pengeboran.

Kemudian dilakukan eksplorasi detail melalui pengeboran yang lebih rapat dan uji ekstraksi, meliputi karakterisasi, konsentrasi, dan ekstraksi. Eksplorasi tersebut menghasilkan kadar total LTJ tertinggi di Mamuju sebesar 4.571 ppm dan Parmonangan sebesar 1.549 ppm.

Plt. Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menyampaikan, ada usulan lokasi di Mamuju dan Parmonangan dan beberapa rencana usulan WIUP LTJ sampai tahun 2024.

Di tahun 2023, direncanakan eksplorasi awal dan eksplorasi detail potensi LTJ di Melawi, Sibolga, Mamuju, Papua, dan Bangka Belitung, serta usulan WIUP LTJ Mamuju dan Parmonangan.

Baca Juga: China Kuasai Bisnis Mineral Tanah Jarang di Dunia, AS dan Barat Mulai Kelimpungan

Kemudian di tahun 2024 direncanakan ekplorasi detail di Ketapang, Sibolga, Pegunungan Tiga Puluh, dan Papua.

Dilaporkan pula, sepanjang tahun 2022, Badan Geologi telah melakukan eksplorasi potensi LTJ di area Lumpur Sidoarjo dan menemukan potensi Lithium sebesar 86-92 ppm, potensi Stronsium sebesar 394-451 ppm, dan LTJ maksimal 111 ppm.

"Kemudian untuk potensi LTJ atau REE di area Lumpur Sidoarjo saya kira sudah disampaikan juga bahwa ada indikasi potensi baik itu Li, Sr, maupun REE dengan masing-masing ppm-nya. Kegiatan di tahun 2022 melanjutkan dari kegiatan penemuan di tahun 2020 pada lokasi yang berbeda," jelas Wafid (2/2).

Asal tahu saja, selain pemerintah, saat ini sudah ada beberapa perusahaan swasta yang cukup terlibat dalam kegiatan inventarisasi mineral logam tanah jarang yang merupakan mineral ikutan timah.

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM ada sejumlah perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah melakukan inventarisasi LTJ yakni PT Timah, PT Mitra Stania Prima, PT Stanindo Inti Perkasa, dan CV Ayi Jaya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×