Sumber: KONTAN | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Keinginan masyarakat untuk bebas dari pemadaman listrik, sepertinya, belum akan terwujud. Pasalnya, target penyelesaian proyek pembangunan pembangkit listrik 10.000 megawatt (MW) tahap I dan II pada tahun 2014, terancam tidak bisa direalisasikan.
Direktur Perencanaan dan Teknologi PT PLN (Persero), Nasri Sebayang menyebutkan, ada beberapa kendala yang menghambat pengerjaan proyek ini. Kendala pertama adalah lamanya proses pencairan pinjaman, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri.
Kedua, lambatnya proses pembebasan lahan sehingga mengganggu penyelesaian proyek. Ketiga, kendala teknis yang bersifat spesifik untuk setiap lokasi. Misalnya PLTU Teluk Naga yang menggunakan lahan hutan lindung.
"Kami mencatat, terdapat sekitar 37 proyek yang menemui hambatan kendala semacam itu. Ke-37 proyek itu terdiri dari 10 di Jawa-Bali, 12 di Indonesia Barat, dan 15 di wilayah operasi Indonesia Timur," jelas Nasri.
Ia mencontohkan di proyek 10.000 MW tahap I. Dalam proyek tahap I itu, pembangkit yang beroperasi hingga akhir 2010 terbilang minim, hanya 930 MW. Padahal targetnya, pembangkit yang beroperasi mencapai 4.135 MW.
Masih dalam proyek tahap I, pembangkit yang beroperasi di wilayah Indonesia Barat hanya sebesar 7 MW dari target 37 MW. Sementara di wilayah Indonesia Timur tidak ada penambahan sama sekali. Padahal, targetnya wilayah ini mendapatkan tambahan sebesar 24 MW.
Ada pun proyek 10.000 MW tahap II masih dalam tahap pengadaan. Jadi belum masuk tahap konstruksi. Empat belas di antaranya baru tahap persiapan lelang dokumen (bidding document). Sementara dua lainnya, yaitu PLTU Parit Baru dan PLTA Asahan 3, sudah masuk lelang.
"Saat ini progress yang paling maju adalah PLTU Parit Baru yang telah sampai tahap finalisasi hasil evaluasi administrasi dan teknis," imbuh Nasri.
Selain itu, menurut Nasri, proses pendanaan untuk beberapa proyek tahap II masih dalam usulan blue book. Beberapa proyek itu meliputi PLTG Kalimantan Timur, PLTP Sembalun (JICA), PLTU Tulehu, dan PLTU Takalar.
Meski target penyelesaian proyek terancam molor, toh itu tidak sampai menyurutkan niat PLN untuk menggenjot rasio elektrifikasi di wilayah Indonesia Barat.
Di wilayah ini, PLN berupaya menaikkan rasio elektrifikasi dari saat ini yang masih 60% menjadi 70% pada 2012. "Paling tidak setiap tahun kami targetkan naik sekitar 5%," kata Moch. Harry Jaya Pahlawan, Direktur Indonesia Barat, kepada KONTAN, Senin (20/12).
Demi mencapai target, perusahaan setrum pelat merah ini menyiapkan program listrik masuk desa. Untuk mendukung program tersebut, PLN telah menyiapkan dana peningkatan rasio elektrifikasi sebesar Rp 1,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News