Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan agar pembangunan proyek listrik 10.000 mw tahap II untuk Pulau Jawa menggunakan pembangkit Geothermal. Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Listrik, J. Purwono, Selasa (27/10). "Untuk di luar Pulau Jawa masih ada pembangkit yang menggunakan batu bara," ujar Purwono.
Sayangnya, Purwono lupa berapa besaran pembangkit yang geothermal dan pembangkit batu bara. Saat ini, draft peraturan presiden tentang proyek 10.000 mw tahap II sedang ada di Menteri Keuangan. Dan pemerintah berencana merevisi draft perpres tersebut. Revisi itu berkaitan dengan berkurangnya porsi penggunaan pembangkit batu bara.
Direktur Utama PLN, Fahmi Mochtar mengaku siap apabila PLN harus menggunakan pembangkit geothermal. Menurut Fahmi, PLN sudah mengajukan daftar usulan kepada pemerintah dan hanya menunggu tindak lanjut saja. Namun, ia mengingatkan jika menggunakan pembangkit geothermal, maka pemerintah harus menjamin pasokan gas dari sisi hulu.
"Usulan kami, Geothermal 4.700 mw, gas 1.200 mw, air 1200 mw dan sisanya batu bara. Kalau minta batu bara diperbanyak, silakan saja," lanjut Fahmi.
Dengan menggunakan energi terbarukan dalam pembangkit tenaga listrik, Fahmi mengatakan bisa menghemat penurunan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada tahun ini, Fahmi menyebutkan, penggunaan solar akan turun menjadi 18% dari komposisi pembangkit PLN. Tahun lalu, penggunaan solar mencapai 25% dan tahun 2007 mencapai 34%. "Jika proyek 10.000 mw tahap pertama dan kedua tercapai, penggunaan solar hanya mencapai 5%," jelas dia.
Fahmi mengatakan, pembangunan proyek 10.000 mw tahap II merupakan syarat untuk meningkatkan pertumbuhan listrik sebesar 9%, atau paling tidak PLN harus menambah sambungan baru rata-rata 5.000 mw per tahun dan biaya investasi sebesar Rp 80 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News