kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.500   8,14   0,11%
  • KOMPAS100 1.161   1,97   0,17%
  • LQ45 920   -0,50   -0,05%
  • ISSI 227   1,06   0,47%
  • IDX30 474   -1,02   -0,21%
  • IDXHIDIV20 571   -1,27   -0,22%
  • IDX80 133   0,19   0,15%
  • IDXV30 141   0,50   0,35%
  • IDXQ30 158   -0,23   -0,15%

Proyek panas bumi Supreme Energy ditargetkan beroperasi di 2012


Rabu, 23 Februari 2011 / 06:10 WIB
Proyek panas bumi Supreme Energy ditargetkan beroperasi di 2012
ILUSTRASI. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah)


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Supreme Energy tersenyum lebar. Pasalnya, setelah penandatanganan Permen Penugasan PLN, Supreme Energy akan mulai melakukan kegiatan eksplorasi. Sebelumnya, perusahaan ini khawatir kegiatan pengembangan panas bumi berhenti.

Presiden Direktur dan CEO Supreme Energy Supramu Santosa menargetkan, kegiatan eksplorasi untuk ketiga wilayah kerja panas bumi (wkp) ini bisa dilakukan di 2012.

"Kalau sudah tanda tangan PPA dengan PLN pada bulan depan, kita segera melakukan kegiatan untuk mencari potensi sumur. Tahun depan kita akan mulai drilling," ujar Supramu kepada KONTAN, Selasa (22/2).

Seperti diketahui, PT Supreme Energy memiliki 3 wilayah kerja panas bumi, yaitu di Liki Pinangawan (Sumatera Barat), Gunung Rajabasa (Lampung) dan Rantau Dedap (Sumatera Selatan). Ketiga wkp itu sempat berhenti karena tak kunjung ada ppa dengan PLN. Khusus untuk Liki Pinangawan dan Gunung Rajabasa, perusahaan ini akan menandatangani PPA pada Maret 2012. Sedangkan, Rantau Dadap masih menunggu surat penugasan dari pemerintah.

"Liki Pinangawan dan Gunung Rajabasa tidak perlu negosiasi karena harga listriknya di bawah harga US$ 9,7 sen per kWh," papar Supramu.

Lanjut Supramu, dari ketiga wkp itu, yang akan dikerjakan duluan adalah wkp di Liki Pinangawan, karena lokasinya yang mudah. Dia berharap, kegiatan eksplorasi di Liki Pinangawan bisa dilakukan pada Januari 2012. Kemudian, menyusul yang ada di Gunung Rajabasa dan Rantau Dadap pada Juni 2012.

"Ketiga wkp kita kan bagian dari proyek 10.000 mw tahap II. Kita targetkan pada akhir 2013 atau awal 2014 sudah onstream," kata Supramu.

Investasikan US$ 2 miliar

Untuk mengembangkan ketiga wkp tersebut, tak tanggung-tanggung, Supreme Energy harus merogoh kocek US$ 2 miliar. Masing-masing kapasitas panas buminya mencapai 220 mw. "Jadi kalau tiga ya 660 mw. Itu cukup besar, kami akan fokus di sana dan belum melirik wkp lain," terang Supramu.

Di Liki Pinangawan, cadangan terduga mencapai 400 mw, dengan rencana pengembangan 220 mw dan harga listrik US$ 9,4 sen per kWh. Kemudian, di Gunung Rajabasa, cadangan terduga mencapai 91 mw, dengan rencana harga US$ 9,5 sen per kWh. Sementara, untuk Rantau Dedap, cadangan terduganya mencapai 106 mw, dengan rencana pengembangan sebesar 220 mw dan harga listrik US$ 8,86 sen per kWh.

Kepala Divisi Energi Terbarukan PLN Mochamad Sofyan berjanji, segera menuntaskan ppa dengan Supreme Energy untuk kedua wkp tersebut. Dua wkp itu masuk dalam daftar 12 wkp pada 2010 yang sedang menunggu ppa dengan PLN. "PLN akan menggunakan kontrak standar dan harga sudah di bawah US$ 9,7 sen per kWh," kata Sofyan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×