Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
53 Smelter di 2024
Secara keseluruhan, dengan tambahan satu smelter baru dari PT Weda Bay Nickel, Yunus menjelaskan bahwa sampai dengan Desember 2020 smelter yang sudah beroperasi sebanyak 18 unit. Terdiri dari smelter nikel sebanyak 12 unit, smelter bauksit (2 unit), smelter besi (1 unit), smelter tembaga (2 unit), dan smelter mangan (1 unit).
Hingga tahun 2024, direncanakan ada tambahan 35 unit smelter lainnya yang akan terbangun dan beroperasi. Sehingga total akan ada 53 smelter pada tahun 2024.
Sebenarnya, sambung Yunus, hampir seluruh sisa proyek smelter tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2021 ini. Namun, rencana tersebut disusun sebelum ada kendala pandemi covid-19.
Dengan adanya pandemi, perusahaan pun bisa melakukan penyesuaian target pembangunan smelternya. Hingga sekarang, pemerintah pun masih melakukan evaluasi, sehingga belum bisa dipastikan berapa tambahan smelter baru yang bisa beroperasi pada tahun ini. "Jadi belum bisa diketahui targetnya 2021, karena hampir semua bergeser," jelas Yunus.
Meski ada sejumlah proyek yang melakukan penyesuaian target pengerjaan dan operasional, namun Yunus menegaskan bahwa pemerintah masih berpegang pada ketentuan di Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 alias UU Minerba dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2020.
Sehingga, pengerjaan proyek smelter tetap harus diselaraskan dengan ketentuan tersebut, yang mana batas akhir ekspor produk mineral logam tertentu yang belum dimurnikan berlaku sampai dengan Juni 2023. Sehingga pada tahun 2024 diharapkan seluruh smelter bisa terbangun dan produk mineral bisa seluruhnya diolah di dalam negeri.
"Paling lama 3 tahun sejak UU No. 3 Tahun 2020 berlaku (ekspor mineral logam tertentu yang belum dimurnikan). Targetnya 53 smelter termasuk yang sudah ada 18 smelter (eksisting), target sesuai UU Minerba," pungkas Yunus.
Selanjutnya: Gandeng LG, Indonesia segera miliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News