Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Produsen trafo lokal PT Bambang Djaja berharap bisnisnya kian kuat sejalan dengan operasional pabrik trafo power baru di Ngoro Industrial Park, Mojokerto, Jawa Timur. Produk trafo power melengkapi produk lawas Bambang, yakni trafo distribusi.
Bambang Djaja mengoperasikan pabrik trafo power perdana sejak pertengahan tahun ini. Pabrik seluas 5 hektare (ha) tersebut menelan dana investasi sekitar US$ 30 juta. Pada tahap awal, perusahaan memproduksi 80 unit trafo power bertenaga 275 Kv 200 MVA. Ke depan target volume produksinya sebanyak 120 unit.
Pengerjaan satu unit trafo power memakan waktu enam sampai tujuh bulan dengan harga Rp 12 miliar per unit. Bambang Djaja hanya memproduksi trafo power berdasarkan pesanan. Permintaan terbesar datang dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sisanya dari perusahaan swasta pengelola gedung.
Meski persaingan bisnis trafo power dalam negeri sengit, Bambang Djaja optimistis bisa bersaing, berbekal teknologi Jerman. Perusahaan menargetkan penjualan trafo power berkontribusi 10% terhadap total penjualan tahun depan.
Daud Prasetio, Direktur PT Bambang Djaja, menjelaskan, empat pemain trafo power dalam negeri merupakan perusahaan asing. "Kami tidak minta diproteksi pemerintah tapi paling tidak, kami diberikan kesempatan bersaing," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (28/9).
Selain menjajal bisnis baru, Bambang Djaja menambah lini bisnis trafo power untuk menjawab tantangan bisnis trafo distribusi yang seret akibat pasokan yang lebih banyak ketimbang permintaan.
Saat ini, suplai trafo distribusi sudah cukup dipenuhi oleh 11 produsen lokal saja. Masing-masing produsen tersebut bahkan hanya mengoperasikan 60%-70% utilisasi pabrik. "Itulah kenapa PLN menutup keran trafo impor, karena kebutuhan trafo distribusi sudah bisa dipasok dari dalam negeri," terang Daud.
Kini rata-rata Bambang Djaja memproduksi 25.000 unit trafo distribusi per tahun atau setara 70% kapasitas pabrik di Rungkut Industri, Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1985 itu mengklaim, mereka mendekap 25% pangsa pasar trafo distribusi domestik.
Sejatinya, Bambang Djaja sudah berupaya mengail celah pasar trafo distribusi ke luar negeri. Selain pasar di kawasan Asia Tenggara, mereka juga menjajakan produk ke pasar Timur Tengah. Namun strategi tersebut tak cukup jitu mengerek penjualan.
Maklum, biar bagaimanapun pasar trafo distribusi dalam negeri tetap mendominasi. Portofolio kontribusi penjualan Bambang Djaja, yakni 55% PLN, 35% swasta dan 10% pasar ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News