kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PT KAI: RI belum setor modal awal Proyek Kereta Cepat (KCIC) Rp 4,3 triliun ke China


Kamis, 02 September 2021 / 16:38 WIB
PT KAI: RI belum setor modal awal Proyek Kereta Cepat (KCIC) Rp 4,3 triliun ke China
ILUSTRASI. Anggaran Infrastruktur: Pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung, Senin (16/8).


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT KAI (Persero) menyebutkan bahwa Indonesia belum menyetor modal awal senilai Rp 4,3 triliun ke China terkait proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta-Bandung.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko KAI Salusra Wijaya menjelaskan, seharusnya setoran modal awal itu sudah dilakukan pada Desember 2020.

“Hingga saat ini management KCIC terus membuat dan negosiasi dengan konsorsium High Speed Railway Contractors Consortium (HSRCC),” jelas dia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (1/9).

Dia juga menyampaikan, mengenai persoalan setoran modal itu juga telah dilakukan restrukturisasi mengenai proyek fisik maupun dengan kreditur yakni dari China Development Bank (CDB) yang terus dilakukan.

Baca Juga: Soal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, China janji selesaikan di 2022

Dengan demikian, upaya restrukturisasi itu menjadi salah satu langkah untuk menekan bengkaknya biaya proyek KCIC.

"Dan memang sangat-sangat kami lakukan, karena memang persyaratan utama dari kami di mana setoran modal itu belum kita penuhi. Itu basic sekali belum kita setor lagi kira-kira totalnya Rp 4,3 triliun,” ujarnya.

Sehingga secara hukum, seharusnya per 30 Desember 2020 pihak Indonesia sudah terkena event of default lantaran hal itu sudah masuk ke dalam perjanjian pemenuhan modal dasar.

“Untuk itu, kami sudah minta penundaan setoran modal dasar ini dari Desember 2020 ke Mei 2021 yang sudah diajukan. Namun belum ada jawaban dari pihak China apakah itu disetujui penundaan setorannya,” tambahnya.

Sebagai informasi, dalam mengerjakan proyek kereta cepat itu budget awalnya yakni senilai US$ 6,07 miliar. Rinciannya, sekitar US$ 4,8 miliar adalah biaya konstruksi atau EPC. Sementara itu, US$ 1,3 miliar adalah biaya non-EPC.

Baca Juga: Janji China: Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan kelar tepat waktu

Namun, estimasi yang di buat pada November 2020 ternyata biaya tersebut meningkat menjadi US$ 8,6 miliar. Selanjutnya, berdasarkan kajian yang melibatkan konsultan pun memperkirakan biaya proyek itu akan kembali naik mencapai US$ 11 miliar. Hal itu lantaran adanya perubahan biaya dan harga, serta adanya penundaan lantaran pembebasan lahan.

Sebelumnya, dia juga mengatakan bahwa manajemen telah melakukan efisiensi, pemangkasan biaya, hingga efisiensi pengelolaan TPOD hingga pengelolaan stasiun.

"Alhamdulillah total biaya proyek kereta cepat ini bisa di press dari range total biaya US$ 9 miliar sampai US$ 11 miliar itu bisa di press menjadi US$ 8 miliar,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×