kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PT Navigat Energy tambah pembangkit dari sampah


Selasa, 24 Januari 2012 / 07:58 WIB
PT Navigat Energy tambah pembangkit dari sampah
ILUSTRASI. Kontan - Bank Banten Adv Online


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. PT Navigat Energy Indonesia berencana menambah jumlah pembangkit listrik yang berbasis sampah. Tahun ini, Navigat sedang mengikuti tender proyek pembangkit berbahan bakar sampah di Sunter, Jakarta Utara, serta di Bandung, Jawa Barat.

Direktur Utama Navigat, Agus Nugroho Santos, merasa optimistis bisa memenangkan tender lantaran telah memiliki pengalaman dalam mengelola pembangkit listrik dari sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Navigat berhasil mengoperasikan satu pembangkit tenaga sampah berkapasitas 10 Megawatt (MW) di Bantar Gebang.

Tahun ini, Navigat menyediakan investasi Rp 530 miliar. "Targetnya, kapasitas listrik sampai 28 MW," ujarnya ke KONTAN, Senin (23/1).
Agus menjelaskan, tender pembangkit sampah di Sunter berkapasitas sampah mencapai 1.000 ton. Perkiraannya, kapasitas listrik yang bisa dihasilkan 10 MW. Sementara di Bandung dengan kapasitas sampah mencapai 700 ton dengan perkiraan kapasitas listrik 8 MW.

Selain di Bantar Gebang, kata Agus Navigat juga sedang membangun pembangkit listrik berbasis sampah perkotaan di TPS Suwung, Bali dengan kapasitas 10 MW. Proses pembangunan sudah dilakukan sejak 2011 lalu dan beroperasi akhir tahun 2012 ini. Navigat menyiapkan anggaran Rp 200 miliar.

Agus menambahkan, pada Agustus 2011, Navigat juga sudah memenangkan tender pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah perkotaan di TPS Benowo, Surabaya. Sayang, perusahaannya belum bisa melaksanakan proyek pembangkit tersebut lantaran masih terganjal izin dari pemerintah kota dan DPRD Surabaya. "Izinnya berlarut-larut," keluh Agus.

Total kapasitas listrik yang akan dihasilkan dari TPS Benowo ini, kata Agus, mencapai 10 MW. Total kebutuhan investasi untuk proyek ini mencapai Rp 320 miliar. "Kalau tidak ada hambatan, pengerjaannya membutuhkan waktu dua tahun," ujarnya.

Selain hambatan birokrasi, Agus juga menunjuk rendahnya harga jual listrik berbasis energi biomassa, biogas dan sampah kota, sebagai biang kerok minimnya investasi di pembangkit listrik berbahan bakar sampah. Investor pun tak bergairah berinvestasi karena labanya minim.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kardaya Warnika, berharap, pengusaha pembangkit listrik berenergi sampah tidak risau. Sebab, pekan ini bakal keluar revisi Peraturan Menteri ESDM No 31/2009 mengenai harga jual energi listrik berbasis biomassa, biogas, dan berbasis sampah perkotaan.

Dalam revisi ini, pemerintah akan menaikan tarif jual listrik berbasis biomassa, biogas, dan sampah perkotaan itu sekitar 50%. Menurut Kardaya, pembahasan mengenai tarif baru tersebut dilakukan sejak Oktober 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×