kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PTDI jalin kongsi dengan putra BJ Habibie


Kamis, 21 Februari 2013 / 11:23 WIB
PTDI jalin kongsi dengan putra BJ Habibie
ILUSTRASI. Link nonton Demon Slayer: Kimetsu no Yaiba Season 2 episode 1(iQIYI, WeTV, Viu)


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

BANDUNG. PT Dirgantara Indonesia (DI) berencana merealisasikan proyek pembuatan pesawat komersial seperti pesawat N-250.

"Pesawatnya tetap komersial, tetapi bukan N-250, melainkan pesawat sejenis," kata Direktur Bidang Kualitas sekaligus Juru Bicara PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, di tempat kerjanya, Rabu (20/2).

Sonny mengemukakan, pihaknya berkeinginan memproduksi pesawat komersial berkapasitas penumpang 80-100 orang, karena pasar jenis pesawat itu terbuka lebar.

Proyek itu bekerja sama dengan PT Ragio Aviasi Industri (RAI), yang terbentuk bersama dua perusahaan swasta, yakni PT Ilhabi Rekatama, milik Ilham Akbar Habibie, putra BJ Habibie, dan PT Modal Elang milik mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry Firmansyah. 

Sejauh ini, pihaknya masih menanti kabar dan perkembangan selanjutnya dari PT RAI. Apabila program dan rencana itu tidak terealisasi, PT DI tetap berusaha mewujudkan pembangunan pesawat komersial itu.

"Tentunya, kami mencari berbagai cara, terutama dalam hal pendanaan. Itu karena, biayanya kami memprediksikan sangat besar," ujar Sonny.

PT DI tahun ini sudah melakukan langkah awal dengan menyiapkan dan menyusun konsep pesawat tersebut.

Jika perencanaan tahap awal ini terealisasi pembuatan pesawat itu berlangsung selama 3 tahun. Sonny memperkirakan, harga jual pesawat komersial tersebut hampir setara dengan pesawat jenis ATR. "Nilainya, kurang lebih US$ 42 juta per unit," ujarnya.

Berkenaan dengan rencana kerja 2013, Sonny mengatakan, pihaknya bersiap menjalin kerja sama dengan Airbus Military dalam hal pemeliharaan pesawat. Saat ini, kerja sama itu belum bergulir, karena masih menunggu hasil audit yang dilakukan otoritas Airbus Military.

Kerja sama pemeliharaan pesawat bernilai sangat besar. Setiap tahunnya, nilai kontrak pemeliharaan pesawat bisa mencapai US$ 600 juta. "Nilai terbesar yaitu pesawat produksi Boeing dan Airbus. Nilainya, masing-masing US$ 270 juta. Sisanya pesawat kecil," ujarnya.

Apabila pada akhirnya PT DI dapat menjalin kerja sama dengan Airbus Military, PT DI menargetkan kontrak Rp 500 miliar-600 miliar.

"Kami melakukan berbagai persiapan. Di antaranya, menambah peralatan pemeliharaan pesawat. Kami pun memberikan pelatihan kepada beberapa teknisi agar memperoleh sertifikasi Airbus Military," katanya.

Sedangkan target kontrak tahun ini, kata Sonny, senilai Rp 3,1 triliun. Sejauh ini, nilai kontrak yang sudah terealisasi sekitar Rp 2,3 triliun. Penyerapan itu, bersumber pada kontrak sejumlah pesawat, baik dengan beberapa negara maupun di dalam negeri.

Saat ini PT DI terikat kontrak dengan luar negeri untuk membangun CN 235 sebanyak 4 unit, CN-212 sejumlah 2 unit, dan CN-295 sebanyak 2 unit. Sedangkan untuk kontrak dalam negeri,  antara lain pembuatan CN-235 sebanyak 3 unit dan 3 unit Helikopter Bell. (Win/Tribun Jabar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×