kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Punya Prospek Besar, KKP Tawarkan Hilirisasi Perikanan di IABF 2024


Selasa, 07 Mei 2024 / 16:09 WIB
Punya Prospek Besar, KKP Tawarkan Hilirisasi Perikanan di IABF 2024
Pasar ikan basah dari hasil tangkapan nelayan.?Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) menawarkan investasi di sisi hilir komoditas kelautan dan perikanan.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) menawarkan investasi di sisi hilir komoditas kelautan dan perikanan. Selain peluangnya yang terbuka, Fortune Business Insight memperkirakan market size produk perikanan global menyentuh US$ 605,46 miliar pada 2029.

"Peluang hilirisasi perikanan begitu besar, artinya kalau tidak ikut terlibat bisa-bisa kita ketinggalan di 2029," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo di Indonesia Aquaqulture Business Forum seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (7/5).

Budi memaparkan dari sisi permintaan, produk bermutu, bergizi dan bernilai tambah menjadi kata kunci yang kini dicari pasar. Karenanya, produk berlabel traceability, eco friendly, sustainability, ready to eat, ready cook dan ready to serve semakin diminati konsumen.

Baca Juga: Minim Fasilitas Gudang Beku, KKP Maksimalkan Penyerapan Ikan di Aceh

"Artinya apa, konsumen kita semakin cerdas karena menghendaki produk bermutu dan berkelanjutan," tutur Budi.

Tak hanya itu, dari sisi piramida nilai tambah, Budi melihat komoditas perikanan bisa diolah menjadi berbagai berbagai varian produk. Mulai dari raw material yang bisa langsung dimasak, kemudian pengolahan pakan hewan ternak, produk kesehatan, kosmetik, hingga farmasi.

Dikatakannya, KKP juga telah merespons permintaan pasar dengan penyediaan bahan baku secara kontinyu dan sesuai standar baik jenis, ukuran hingga mutu. Budi mengambil contoh seperti sertifikasi Good Manufacturing Practice (GMP), menunjukkan bahwa industri pengolahan menerapkan praktek yang baik.

"Ini kita belum bicara bagaimana teman-teman di KKP juga concern pada mutu sejak hulu misalnya dengan sertifikat CBIB, CPIB, dll," terang Budi.

Baca Juga: Tiga Kapal Pencuri Ikan Asal Vietnam dan Malaysia Diamankan di Laut Natuna

Dalam kesempatan ini, Budi memaparkan analisa daya saing 5 komoditas prioritas. Pasar udang global misalnya, senilai US$ 60,4 miliar di tahun 2023. Kemudian rumput laut US$ 16,7 miliar, tilapia US$ 13,9 miliar dan kepiting-rajungan US$ 879 miliar serta lobster menyentuh US$ 7,2 miliar di tahun yang sama.

Sementara market share Indonesia di pasa global mencapai 16,4% untuk rumput laut, lalu 9,7% untuk tilapia, dan 6,7% untuk udang di tahun 2022. "Kepiting-rajungan kita baru 1,9% dan lobster hanya 0,5%. Tapi potensi kita ada untuk terus melakukan peningkatan," tutur Budi.

Karenanya, guna meningkatkan minat investasi di sektor kelautan dan perikanan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif. Di antaranya tax allowance berupa keringanan pajak penghasilan (PPh) dari nilai investasi atau 5% per tahun selama 6 tahun. 

Lalu investment allowance berupa pengurangan laba bersih sebesar 60% dari total nilai investasi untuk 6 tahun atau 10% setiap tahun.

Budi memastikan jajarannya juga siap mendampingi para pelaku usaha agar bisa mengakses insentif tersebut.

Baca Juga: Menteri Trenggono Sebut Ada Lima Perusahaan Vietnam Bakal Investasi Budidaya Lobster

"Mengurus perizinan berusaha juga semakin mudah melalui sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik yang menyederhanakan prosedur, meningkatkan efisiensi, dan transparansi," tegas Budi.

Sebagai informasi, realisasi investasi kelautan dan perikanan mencapai Rp 12,07 triliun di tahun 2023. Jumlah ini meningkat 38,02% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 8,75 triliun. Budi menyebut pengolahan menjadi bidang usaha terbesar dalam menyerap investasi (38,56%) disusul budi daya (26,63%), perdagangan (20,25%), penangkapan (12,41%) dan jasa perikanan (1,97%).

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengaku tengah bersiap merencanakan pembangunan infrastruktur berupa data terintegrasi. Data ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan dan investasi di kelautan dan perikanan Indonesia.

Baca Juga: KKP Pastikan Stok Ikan Cukup Menjelang Hari Raya Idul Fitri "Kami sedang merencanakan pembangunan infrastruktur Ocean Big Data yang bertujuan untuk pengawasan, monitoring, penyediaan data yang update, dan penyusunan decision support system," kata Trenggono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×