kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,04   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,22   1,12%
  • LQ45 878   12,25   1,41%
  • ISSI 221   1,22   0,55%
  • IDX30 449   6,60   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,96   1,12%
  • IDX80 127   1,50   1,19%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,81   1,23%

Pupuk Indonesia Butuh 7 GW Listrik Bersih Turunkan Emisi & Produksi Amonia Hijau


Minggu, 15 Oktober 2023 / 21:13 WIB
Pupuk Indonesia Butuh 7 GW Listrik Bersih Turunkan Emisi & Produksi Amonia Hijau
ILUSTRASI. Pekerja mengoperasikan alat berat untuk memindahkan pupuk urea bersubsidi ke atas truk di gudang penyimpanan pupuk Distribution Center (DC), Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara, Kamis (15/6/2023). Pupuk Indonesia Butuh 7 GW Listrik Bersih Turunkan Emisi & Produksi Amonia Hijau.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID-  JAKARTA - PT Pupuk Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Salah satu strategi utamanya adalah dengan memproduksi hidrogen dan amonia hijau. Untuk itu, perusahaan memerlukan pasokan listrik yang besar, mencapai 7 GW di 2050.

Direktur Transformasi Bisnis Pupuk Indonesia, Panji Winanteya Ruky, menyatakan bahwa industri pupuk menjadi salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca dengan 12 juta ton CO2e per tahun. Hal ini dikarenakan produksi urea dan ammonia yang mencapai hampir 21 juta ton setiap tahunnya.

Dalam menyikapi target pemerintah yang mengharuskan pengurangan emisi sebesar 25 juta ton di 2060, Panji menyampaikan bahwa ini merupakan tantangan besar bagi perusahaan.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Sindikasi Perbankan Masih Prospektif

“Dekarbonisasi sudah masuk dalam rencana jangka panjang kami dan telah memiliki roadmap,” kata Panji saat berbicara di Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta.

Ia menambahkan bahwa realisasi target tersebut bergantung pada kemampuan Indonesia memiliki teknologi green ammonia yang efisien dan terjangkau sebagai bahan baku pupuk.

Sebagai langkah awal, Pupuk Indonesia telah melakukan simulasi produksi amonia hijau dan amonia hibrida. Namun, teknologi yang ideal untuk menekan harga pupuk agar lebih terjangkau belum ditemukan.

"Tanpa insentif dan subsidi, green ammonia belum memenuhi nilai komersialnya. Kami membutuhkan kolaborasi untuk mempercepat pencarian solusi ini," ucap Panji

Baca Juga: BSI Salurkan Pembiayaan Sindikasi Rp 900 Miliar untuk Proyek Pabrik Pusri-IIIB

Untuk mendukung upaya ini, Pupuk Indonesia berkolaborasi dengan negara-negara yang telah maju dalam pengembangan hidrogen dan amonia hijau, seperti Jepang, Skandinavia, dan Timur Tengah. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong proyek percontohan produksi amonia hijau dengan beragam sumber energi, termasuk solar, air, dan thorium.

Selain itu, demi mencapai target dekarbonisasi, Pupuk Indonesia memandang pentingnya penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS).

Panji menekankan bahwa kebijakan yang mendukung penerapan CCS untuk industri pupuk sangat diperlukan, mengingat saat ini kebijakan tersebut hanya ada untuk industri hulu migas. "Kami memerlukan kerangka kebijakan yang mendukung implementasi CCS di industri pupuk," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×