kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pupuk Iskandar Muda Urungkan Niatnya


Jumat, 28 Agustus 2009 / 18:57 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menguburkan niatnya untuk membeli gas lapangan Matindok dan Senoro-Toili milik PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk. Harga yang terlalu mahal merupakan sebab utama, PIM membatalkan niat tersebut.

"Kita akan fokus mengambil swap gas Kilang Tangguh untuk Sempra. Sambil menunggu Blok A milik Medco on stream," ujar Direktur Utama PIM Mashudianto kepada KONTAN, Jum'at (28/8).

Menurutnya, PIM sudah melakukan evaluasi dan menyimpulkan bahwa pasokan gas dari kedua sumber tersebut sudah cukup untuk mengoperasikan dua pabrik milik PIM selama sepuluh tahun ke depan. "Berdasarkan evaluasi, masih cukup untuk dua pabrik," tandasnya.

PIM memang telah mengamankan pasokan gasnya sampai 2019 mendatang. Untuk 2009 kepastian pasokan diperoleh sebanyak 8 kargo dari swap ExxonMobil dengan kilang Bontang untuk mengoperasikan satu pabrik. Kemudian 2010 dan 2011 diamankan dari swap ExxonMobil dengan kilang Tangguh jatah pembeli Sempra sebanyak 12 kargo untuk dua pabrik. Kemudian untuk 2012 sampai tujuh tahun ke depan dipasok dari Blok A milik Medco.

Mashudianto menarik kembali ucapannya pekan lalu yang menyebut akan segera membicarakan kemungkinan untuk membeli gas Matindok dan Senoro-Toili tersebut dengan pihak Medco.

Senada dengan Mashudianto, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Hendi Prio Santoso juga menyebut perusahaannya mundur dari tawaran pemerintah untuk membeli gas dengan alasan harga yang diminta konsorsium dianggap kemahalan.

"Mereka minta harganya US$ 6,16 per MMBTU di well head. Kalau dibawa ke Jawa kan harganya jadi US$ 12 per MMBTU sampai US$ 13 per MMBTU. Harga segitu sudah hampir sama dengan Solar. Jadi PGN sulit untuk beli itu," ujar Hendi. Menurut Hendi, dengan harga semahal itu bisa dipastikan tidak akan ada perusahaan mana pun yang berani melegonya lagi dari PGN.

"Sekarang saja, harga jual tertinggi kita ke pelanggan US$ 5,6 per MMBTU. Kalau beli dengan harga sudah mahal, mau dijual berapa," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×