Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pupuk Kaltim telah merancang ekspansi bisnis dalam lima tahun ke depan. Salah satu anggota Pupuk Indonesia Grup ini bakal menggarap sejumlah proyek strategis untuk pengembangan cakupan bisnis dan peningkatan kapasitas produksi.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi menerangkan, pihaknya akan melakukan ekspansi dengan tiga program utama. Pertama, meneruskan hilirisasi produk turunan gas alam. Kedua, meningkatkan efisiensi. Ketiga, Pupuk Kaltim bakal masuk ke industri berbasis renewable (terbarukan).
Tiga program itu diterjemahkan ke dalam sejumlah proyek strategis. Paling tidak, ada enam proyek yang sedang dan bakal digarap Pupuk Kaltim, yang diproyeksikan bisa beroperasi dalam lima tahun ke depan.
Pertama, mengoperasikan pabrik Soda Ash dan Ammonium Clorade, dengan kapasitas sekitar 300.000 ton. Proyek tersebut bakal mengolah ekses C02 dan akan menjadi tumpuan bahan baku industri kaca di dalam negeri. Pasalnya, hampir 100% soda ash saat ini masih dipenuhi secara impor.
Kedua, pengembangan industri oleochemical yang berbasis pada pemanfaatan produk turunan kelapa sawit. Saat ini, Pupuk Kaltim juga memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 7.400 hektare.
Baca Juga: Penghapusan FABA dari daftar limbah B3 disebut menutup celah praktik mafia
Pengembangan oleochemical ini bakal memperkuat hilirisasi produk sawit Indonesia yang selama ini masih didominasi oleh Crude Palm Oil (CPO). Juga untuk mendeversifikasi pemanfaatan energi Pupuk Kaltim yang selama ini berbasis gas, lalu berkembang ke kelapa sawit yang sumbernya terbarukan.
Secara bisnis, dalam lima tahun ke depan, segmen produk berbasis kelapa sawit ini diproyeksikan bakal berkontribusi hingga 10% terhadap EBITDA Pupuk Kaltim. "Ke depan kami juga akan menjadi produsen industri kimia berbasis renewable resources. Oleokimia salah satu bahan baku yang cukup tersedia, berbasis palm oil," ungkap Rahmad dalam media conference yang digelar secara daring, Minggu (21/3).
Ketiga, proyek revamping dengan memodernisasi pabrik atau fasilitas produksi Pupuk Kaltim yang sudah tua. Sehingga bisa lebih efisien dan meningkatkan produktivitas.
Proyek keempat adalah ammonium nitrate sebagai bahan peledak. Meski tak menerangkan secara detail, tapi Rahmad mengungkapkan bahwa pembangunan pabrik yang berlokasi di Bontang itu sudah dalam konstruksi. "Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah bisa berproduksi," imbuhnya.
Selain proyek-proyek yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur tersebut, Pupuk Kaltim juga bakal menggelar mega proyek di Teluk Bintuni, Papua Barat. Proyek tersebut terdiri dari pembangunan industri methanol dengan kapasitas produksi 1 juta ton, serta pabrik ammonia-urea dengan kapasitas 1,1 juta ton atau sepertiga dari kapasitas pabrik yang dimiliki Pupuk Kaltim saat ini.
Menurut Rahmad, proyek tersebut memang masih ada di tahap awal. Beberapa hal pokok mengenai pasokan gas telah disepakati bersama pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Eneergi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Untuk proyek ammonia-urea, Rahmad optismistis Pupuk Kaltim mampu mengelolanya sendiri. Namun untuk produksi methanol, Pupuk Kaltim masih melakukan penjajakan dan menimbang skema kerjasama. Rencananya, proyek ini bisa mulai konstruksi pada tahun 2023 dan bisa beroperasi pada tahun 2026.
"2022 akan banyak sekali persiapan, mulai dari lahan dan seterusnya. 2023 mulai konstruksi pabrik, dan kalau itu bisa terlaksana, kami harapkan 2026 pabrik amonia-urea maupun methanol di Bintuni bisa mulai beroperasi," terang Rahmad.
Mengenai investasi, secara keseluruhan, Pupuk Kaltim membutuhkan dana hingga US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35,9 triliun. Rincinya, sebanyak US$ 2 miliar (sekitar Rp 30 triliun) untuk proyek di Bintuni, dan sisanya sebesar US$ 500 juta untuk proyek di Bontang.
Mengenai sumber pendanaan, Rahmad optimistis ada banyak cara yang bisa digunakan oleh Pupuk Kaltim. Sebab, dia mengklaim bahwa kinerja keuangan Pupuk Kaltim terbilang sehat.
Dengan perolehan laba setelah pajak mencapai Rp 1,86 triliun pada tahun lalu dan ekuitas Rp 22 triliun, sebagian investasi proyek bisa didanai melalui kas internal. Sisanya, Pupuk Kaltim bakal mengkaji beberapa instrumen pendanaan mulai dari pinjaman, hingga menggelar Initial Public Offering (IPO).
"IPO memang menjadi salah satu opsi pendanaan yang patut kami jajaki, itu tetap kita pertimbangkan. Intinya, dengan struktur finansial yang sehat kami bisa membuka peluang untuk sumber pendanaan," sebut Rahmad.
Proyek-proyek strategis tersebut juga diyakini bakal mendongkrak kinerja keuangan Pupuk Kaltim. Dalam lima tahun ke depan, EBITDA Pupuk Kaltim ditargetkan bisa melesat lebih dari dua kali lipat. Dari Rp 3,7 triliun posisi EBITDA saat ini, ditarget akan naik menjadi sekitar Rp 9 triliun.
"Dalam lima tahun ke depan dengan seluruh investasi yang kami lakukan, (EBTIDA) kami akan naik ke sekitar Rp 9 triliun," pungkas Rahmad.
Selanjutnya: Harga CPO meningkat, simak rekomendasi saham emiten sawit berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News