Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) masih kesulitan mencapai target lifting migas pada tahun ini. Hingga kuartal III 2018, realisasi lifting migas baru mencapai 1,919 juta barrels of oil equivalent per day (boepd) atau sebesar 96% dari target di APBN 2018 sebesar 2 juta boepd.
Capaian tersebut sejalan dengan realisasi lifting minyak bumi sebesar 774.000 barel per hari atau hanya 97% dari target APBN 2018 sebesar 800.000 barel per hari. Untuk realisasi lifting gas bumi juga hanya mencapai sebesar 95% atau sebesar 1,145 juta boepd dari target tahun ini sebesar 1,2 juta boepd.
SKK Migas pun memproyeksikan hingga akhir tahun 2018 nanti, realisasi lifting migas hanya mencapai 95% dari target atau sebesar 1,907 juta boepd . Proyeksi tersebut terdiri dari outlook lifting minyak di akhir tahun sebesar 97% atau 776.000 barel per hari dan lifting gas diproyeksi hanya capai 94% atau sebesar 1,131 juta boepd pada akhir tahun 2018.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan, realisasi lifting migas yang hanya mencapai 96% disebabkan adanya beberapa kendala produksi yang terjadi di sejumlah proyek migas. Salah satunya kendala teknis peralatan produksi yang terjadi di Blok ONWJ yang dioperatori oleh Pertamina Hulu Energi (PHE). Saat ini kendala teknis tersebut sedang ditangani.
Ada juga efek dari kendala teknis pipa di fasilitas produksi di Blok Rokan yang dioperatori oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI). " Namun kendala ini sudah tertangani," kata Wisnu kepada Kontan.co.id, Kamis (4/10).
Selain kendala teknis, Winsu juga bilang belum tercapainya lifring migas juga karena adanya produksi migas yang tidak sesuai target. Seperti di proyek Medco Natuna yang hasil produksi dari pemboran sumurnya tidak sesuai ekspektasi dan adanya reschedule pemboran.
Menurut Wisnu, hal serupa juga terjadi di proyek PEP (Pertamina EP) yang hasil pemborannya masih dibawah ekspektasi. Begitu juga dengan proyek PHM (Pertamina Hulu Mahakam) yang menunda pemboran karena terkait pemilihan rig.
"Kami terus berupaya untuk program-program pemboran dan pengembangan lainnya terus berjalan dan terealisasi," imbuh Wisnu.
Selain lifting migas, SKK Migas juga mencatat capaian pengembalian biaya operasi (cost recovery) per akhir September 2018 sudah mencapai US$ 8,7 miliar atau 87% dari target APBN 2018 sebesar US$ 10,1 miliar. SKK Migas memproyeksi cost recovery sampai akhir tahun melebihi target tahun ini menjadi US$ 11,7 miliar (116% dari target).
Di sisi lain, pencapaian penerimaan negara dari hulu migas hingga kuartal III 2018 sebesar US$ 11,8 miliar atau sudah mencapai 99% dari target APBN 2018 yang sebesar US$ 11,9 miliar. Hingga akhir tahun 2018, SKK Migas optimistis penerimaan negara dari hulu migas bisa mencapai US$ 16,1 miliar atau sebesar 135% dari target tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News