kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi pengupasan lapisan tanah meleset, MYOH pilih efisiensi


Jumat, 03 Januari 2020 / 18:38 WIB
Realisasi pengupasan lapisan tanah meleset, MYOH pilih efisiensi
ILUSTRASI. PT Samindo Resources mencatat realisasi overburden removal hingga bulan November hanya 49,9 juta bcm


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri pertambangan batubara yang menantang cukup mempengaruhi bisnis yang dijalankan oleh PT Samindo Resources Tbk (MYOH). Buktinya, realisasi volume overburden removal (OB) atau pengupasan lapisan tanah yang dicatatkan Samindo Resources hanya 49,9 juta bcm hingga November 2019 lalu atau naik 8,62% dibanding periode yang sama tahun 2018. 

Walau naik, tetapi jika melihat hasil per November lalu, capaian tersebut tampak masih jauh dari target yang dicanangkan manajemen MYOH sebesar 58,1 juta bcm.

Kepala Hubungan Investor Samindo Resourves Ahmad Zaki mengatakan, sebagai kontraktor, MYOH sebenarnya tidak secara langsung terpapar oleh penurunan harga batubara yang terjadi sepanjang tahun lalu. Hanya memang, ketika harga melemah, pemilik tambang batubara umumnya cenderung mengurangi produktivitasnya sehingga ini berpengaruh pada kinerja operasional pihak kontraktor. 

Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) tetap lirik peluang akuisisi tambang

Di sisi lain, ia menyebut, realisasi volume OB MYOH tetap menunjukkan perbaikan di kuartal ketiga dan keempat 2019. “Curah hujan di kuartal pertama dan kedua terbilang tinggi. Kondisinya berbeda ketika masuk kuartal ketiga dan keempat sehingga kami bisa lebih produktif,” ungkap Zaki, Jumat (3/1).

Zaki mengaku, pihaknya belum menentukan target volume OB di tahun 2020 karena masih ada pembahasan dengan beberapa klien. Dalam hal ini, MYOH akan menyesuaikan target volume OB dengan target volume produksi batubara yang dikehendaki para kliennya.

Baca Juga: Samindo Resources (MYOH) buka peluang bisnis di luar batubara

Meski demikian, Zaki berpendapat, bukan mustahil target volume OB akan mengalami penurunan memasuki tahun ini. Pasalnya, industri batubara kemungkinan besar masih akan lesu.

Salah satu sebabnya adalah potensi permintaan impor batubara dari China yang berpotensi turun di tahun ini. Kondisi tersebut membuat para produsen batubara akan lebih memaksimalkan peluang di pasar domestik.

Outlook batubara kemungkinan masih akan sama seperti tahun lalu. Harga akan cenderung turun,” ungkap dia.

MYOH pun akan lebih memaksimalkan efisiensi biaya di segala lini sepanjang tahun ini demi mempertahankan tingkat profitabilitas. Salah satu bentuk efisiensi tersebut adalah lebih mengoptimalkan produktivitas alat-alat tambang yang ada, alih-alih jor-joran membeli peralatan baru.

Sekadar catatan, semester pertama tahun lalu MYOH merealisasikan pembelian 10 unit dump truck dengan total anggaran US$ 14,5 juta.

Zaki melanjutkan, MYOH juga tetap membuka peluang untuk mencari kontrak-kontrak baru di tahun 2020. Sayangnya, ia belum menjelaskan secara rinci mengenai rencana tersebut.

Akan tetapi, ia mengaku MYOH sudah mengincar kontrak baru sejak tahun lalu. Bahkan, kabarnya sudah ada 3-4 perusahaan yang meminta Samindo Resources bertindak sebagai kontraktor tambang batubara.

Meski begitu, MYOH tidak akan gegabah dan lebih selektif dalam mencari kontrak baru. Terlebih, agenda bisnis ini sebenarnya bersifat jangka panjang sehingga perusahaan perlu berbagai hal secara matang.

Baca Juga: Emiten kontraktor tambang tetap optimistis di tengah lesunya harga batubara

“Ada beberapa pertimbangan seperti kualitas batubara dan lokasi tambang. Kalau salah pilih nanti bisa berpengaruh pada perkembangan kinerja ke depan,” terang Zaki.

Tanpa menyebut proyeksi pertumbuhan secara pasti, Zaki tetap optimis baik pendapatan dan laba bersih MYOH akan mengalami peningkatan positif sepanjang tahun ini.

Sebagai informasi, per kuartal tiga 2019 lalu, MYOH mengalami penurunan laba bersih sebesar 13,16% secara year on year (yoy) menjadi US$ 18,67 juta. Di sisi lain, pendapatan emiten ini masih bisa tumbuh 7,81% (yoy) menjadi US$ 188,90 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×