kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -892,58   -100.00%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

REI: Pasar properti masih tertolong produk residensial di tengah pandemi covid-19


Jumat, 29 Mei 2020 / 20:02 WIB
REI: Pasar properti masih tertolong produk residensial di tengah pandemi covid-19


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Real Estate Indonesia (REI) menyebut, sektor properti selama masa pandemi Covid-19 mengalami penurunan sangat tajam di semua lini. Namun, penurunan itu setidaknya masih terselamatkan oleh subsektor residensial seperti perumahan.

Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan REI Paulus Totok Lusida mengatakan, selama adanya pandemi ini, industri properti sangat terpukul.

"Memang saat ini kondisi sangat berat, mal turun 85%, hotel turun 90%, perkantoran 74,6%, perumahan turun 50%-80&, jadi semua turun," katanya dalam konferensi virtual Industry Roundtable, Jumat (29/5).

Baca Juga: Pasar properti tertekan pandemi Covid-19, REI minta pemerintah tambah relaksasi pajak

Totok menjelaskan, terpukulnya industri properti ini masih tertolong oleh produk residensial khususnya segmen rumah subsidi. Segmen itu masih berjalan meskipun secara lambat.

Menurutnya, dari model bisnis, pengembang juga sudah menyesuaikan dengan keadaan seperti memaksimalkan pemasaran online yang setidaknya bisa menopang penjualan. Namun, semua usaha yang dilakukan pengembang ini harus sejalan dengan dukungan instansi terkait.

"Masalahnya, saat ini perbankan lebih ketat dalam penyaluran kredit pemilikan rakyat (KPR), bahkan perbankan menolak menyalurkan kredit bagi konsumen yang berstatus pegawai kontrak. Sekarang itu filternya lebih ketat, mereka tidak terima lagi (pemberian KPR) karyawan kontrak," tuturnya.

Atas kondisi yang berat ini, Totok juga menyampaikan segala usulan agar pengembang dan konsumen akhir bisa bertahan salah satunya dengan rekstrukturisasi kredit. Hanya saja, sampai saat ini belum ada realisasi yang sebelumnya diajukan REI.

REI juga masih menghitung ulang target pembangunan rumah pada tahun ini guna mendukung program sejuta rumah. Menurut Totok, pembangunan rumah oleh anggota REI dipastikan terkoreksi.

Koreksi target pembangunan itu berlaku untuk segmen rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan non-MBR. REI mulanya menargetkan dapat membangun 400.00 unit rumah sepanjang tahun ini.

"Kami akan mengevaluasi nantinya karena situasi ini belum menentu. Namun, belum diketahui berapa target koreksinya, tapi yang pasti akan turun. Seberapa besar turunnya, kami akan evaluasi sama-sama," katanya.

Saat ini, hal yang paling disorot asosiasi pengembang adalah soal sulitnya proses transaksi khususnya untuk segmen MBR. Segmen MBR menjadi perhatian karena perbankan makin ketat dalam penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) yang terdampak virus corona.

Padahal, pemerintah sendiri sebelumnya telah menggelontorkan stimulus di bidang perumahan untuk MBR senilai Rp 1,5 triliun.

Stimulus itu diharapkan dapat menutupi kuota subsidi fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) yang telah terserap habis. Namun, stimulus itu terbentur karena ketatnya perbankan.

"Contohnya, karyawan kontrak sudah pilih kaveling, kalau dia terdampak dan diputus kontraknya. Kan bingung, kita kembalikan duitnya orangnya enggak mau karena butuh rumah, sedangkan perbankan menolak karena penghasilannya tidak pasti," katanya.

Baca Juga: Duh, pandemi virus corona bikin penjualan properti turun 20%-40%

Dengan demikian, Totok meminta supaya ada terobosan baru dari perbankan dan instansi terkait lainnya sehingga masalah ini tidak meluas. Apalagi, saat ini sektor properti tengah menatap fase kenormalan baru atau new normal yang diharapkan memicu sentimen positif permintaan rumah.

Selain itu, kata Totok, saat ini pembeli akhir atau end user tengah dihadapkan kondisi yang sulit sebagai dampak Covid-19 sehingga diharapkan ada relaksasi dari pihak terkait.

"Beberapa waktu lalu kita sepakat dengan Kementerian PUPR, end user MBR itu bisa ditunda pembayarannya 6 bulan, tapi pelaksanaannya sampai sekarang belum," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×