Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - MEMPAWAH. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan tiga smelter mineral dalam dua hari terakhir.
Safari hilirisasi Jokowi dilakukan ke tiga smelter. Yakni, smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, smelter tembaga milik PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) di Sumbawa dan smelter bauksit (SGAR) milik PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Mempawah.
Jokowi mengatakan, Indonesia telah lama menjadi negara pengekspor bahan mentah. Upaya hilirisasi mineral Indonesia terus mengalami penolakan dan gangguan dari negara-negara maju.
"Untungnya ada geopolitik global, ada Covid-19, ada resesi ekonomi sehingga negara-negara maju sibuk dengan masalah yang mereka miliki dan melupakan kita," kata Jokowi dalam peresmian injeksi perdana SGAR Mempawah, Selasa (24/9).
Baca Juga: Dorong Hilirisasi, Jokowi Singgung Timah dan Batubara
Jokowi bilang, kondisi ini menguntungkan Indonesia dan membuka kesempatan untuk mendorong hilirisasi komoditas mineral.
Kehadiran ketiga proyek smelter ini dinilai menjadi momentum penting bagi Indonesia terlebih nilai investasi ketiga proyek tergolong cukup besar.
Proyek smelter milik Amman misalnya memakan investasi mencapai Rp 21 triliun. Kemudian proyek smelter Freeport Indonesia menelan investasi sebesar Rp 56 triliun dan SGAR Mempawah milik BAI mencapai Rp 16 triliun.
"Pembangunan smelter ini merupakan usaha kita untuk menyongsong Indonesia menjadi negara industri. Ini perjuangan yang tidak mudah. Ini akan merupakan jejak-jejak dimulainya industrialisasi di negara kita Indonesia," kata Jokowi.
Kehadiran ketiga smelter ini diharapkan dapat mendorong peningkatan nilai tambah. Jokowi menyebut, peningkatan nilai tambah tercermin dari komoditas nikel.
Sebelum menutup keran ekspor bijih nikel, nilai yang diperoleh Indonesia mencapai US$ 1,4 miliar hingga US$ 2 miliar atau setara Rp 20-an triliun.
Pasca menutup keran ekspor dan memulai hilirisasi atau pembangunan smelter nikel, nilai tambah ini meningkat hingga US$ 34,8 miliar atau sekitar Rp 600 triliun.
Baca Juga: Hilirisasi Bauksit Berpotensi Serap 90.000 Tenaga Kerja dan Tingkatkan Nilai Tambah
Kondisi serupa diharapkan pemerintah dapat tercipta dari hilirisasi komoditas lain selain nikel.
"Semua (dikebut), yang belum semuanya (dikebut). Timah belum, batubara untuk menjadi gas DME belum. Saya kira masih banyak peluang yang bisa kita lakukan," ujar Jokowi ditemui selepas Peresmian SGAR Mempawah.
Dalam sambutannya saat meresmikan smelter tembaga milik Freeport Indonesia pada Senin (23/9), Jokowi menekankan dampak positif smelter ini terhadap penerimaan negara. Menurut Jokowi, fasilitas ini akan mampu mendongkrak pemasukan negara hingga mencapai Rp 80 triliun per tahun dari berbagai sumber.
"Hitung-hitungan saya, penerimaan negara masuk kira-kira Rp 80 triliun dari PTFI, baik berupa deviden, royalti, PPh badan, PPh karyawan, pajak untuk daerah, bea keluar, pajak ekspor, semuanya kira-kira angkanya seperti itu. Ini angka yang sangat besar sekali," jelas Jokowi.
Sementara itu, saat meresmikan smelter katoda tembaga dan Smelter Precious Metal Refinery milik Amman Mineral, Jokowi menegaskan, Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentah, namun produk jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Baca Juga: Injeksi Perdana SGAR Mempawah, Jokowi: Rp 50 Triliun Devisa Hilang Karena Impor
Hal ini akan meningkatkan devisa negara, membuka lapangan kerja baru, serta mendorong pertumbuhan industri hilir. Selain itu, smelter juga akan memacu transfer teknologi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
"Kita telah memasuki babak baru dalam hilirilisasi industri tembaga dan kita menyongsong menjadi negara industri maju dengan mengolah sumber daya alam nya sendiri. Dan kita ingin kebutuhan produk-produk tembaga dunia ke depan tergantung pada negara kita Indonesia, bukan lagi mengekspor bahan mentah atau raw material," kata Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News