Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rencana pelonggaran daftar negatif investasi (DNI) di bisnis bioskop mendapat respon positif dari para pebisnis bioskop. Pebisnis bioskop domestik bersiap membendung datangnya asing.
Misalnya PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) yang akan menambah fasilitas bioskop. "Kami sedang mengembangkan bioskop khusus (special cinema) dengan teknologi efek film seperti 4DX, lalu ruangan bioskop yang luas (starium), juga sphere X (layar lengkung)," kata Mutia Resty, Sekretaris Perusahaan Graha Layar Prima kepada KONTAN, Kamis (14/1) pekan lalu.
Selain fitur, Graha Layar juga terus berupaya menambah layar dan gedung bioskop tahun ini. Sayang, untuk urusan ini, Mutia masih belum bisa membeberkan target tambahan layan dan bioskop.
Yang jelas, sampai akhir tahun lalu, Graha Layar sudah punya 139 layar bioskop yang tersebar di 19 kota. Antara lain Jakarta, Bekasi, Tangerang, Bandung, Karawang, Cirebon, Yogyakarta, Surabaya, Batam and Balikpapan.
Tahun ini, BLTZ bakal menayangkan sebanyak 130 film lokal dan 220 film asing dari Hollywood dan negara lain. "Kami optimistis bisnis bioskop positif," harapnya.
Ambisi besar bakal dilakoni PT Cinemaxx Global Pasifik. Salah satu lini bisnis Grup Lippo ini ingin membangun 2.000 layar bioskop dan 300 bioskop di 85 kota hingga 10 tahun ke depan.
Sampai saat ini mereka mengklaim punya 76 layar Cinemaxx yang berada di 15 gedung bioskop. Adapun di semester I ini, Cinemaxx bakal ekspansi di 13 kota.
Ekspansi ini lantaran melihat gemuknya bisnis ini. 2015 lalu, Cinemaxx mengklaim menjaring tiga juta penonton.
Melihat hal ini, perusahaan ini mematok target ambisius. "Kami memproyeksikan pendapatan US$ 500 juta pada 2020 dan US$ 1 miliar pada 2024," kata Infany Suryadji, Head of Marketing Cinemaxx kepada KONTAN pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News