Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dan Korea Selatan berpotensi untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi, terutama peningkatan investasi sektor industri manufaktur.
Peluang kolaborasi kedua negara ini akan terealisasi dalam rangkaian agenda kunjungan kenegaraan Presiden RI Joko Widodo ke Negeri Ginseng selama 10-11 September 2018.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan lawatan tersebut sebagai kunjungan balasan Presiden Korsel Moon Jae–in ke Indonesia pada tahun 2017 lalu. “Saat itu, Pemerintah Indonesia dan Korsel telah sepakat membuat payung kerja sama dalam upaya mempercepat pengembangan sektor industri potensial di antara kedua negara,” kata Airlangga dalam keterangan pers, Jumat (7/9).
Menurut Menperin, komitmen bilateral sudah ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang dilakukan oleh Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto bersama Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel Paik Un-gyu dengan disaksikan Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Korsel Moon Jae-in di Istana Bogor, 9 November 2017.
“Langah sinergi itu antara lain meliputi kebijakan industri, peningkatan investasi, dan transfer teknologi yang diharapkan mampu mendorong perekonomian yang saling menguntungkan untuk kedua negara,” ungkapnya. Dijadwalkan, Menperin akan mendampingi Presiden Jokowi di Korsel.
Airlangga menjelaskan, kemitraan strategis RI-Korsel yang segera diakselerasi adalah pengembangan industri manufaktur guna memacu daya saing dan produktivitasnya. Beberapa sektor potensial itu, di antaranya industri logam, otomotif, kimia, perkapalan, elektronik, serta industri kecil dan menengah.
Menperin menyampaikan, pihaknya aktif mendorong realisasi investasi dari para pelaku industri Korsel yang telah berkomitmen ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Misalnya, Lotte Chemical Titan yang akan berinvestasi di Cilegon, Banten untuk memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak dua juta ton per tahun.
“Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lain, sehingga nantinya kita tidak perlu lagi impor,” tegasnya. Rencananya, proyek ini akan membuka lapangan pekerjaan sebanyak 9.000 orang.
Airlangga mengemukakan, investasi manufaktur lain dari Korsel yang menunjukkan kemajuan cukup baik, yakni Pohang Iron Steel Company (Posco) yang bekerja sama dengan PT Krakatau Steel Tbk untuk mengembangkan lini baru produk baja melalui anak usahanya, PT Krakatau Posco.
Di sektor otomotif, Kementerian Perindustrian juga telah mendorong Hyundai Motor Corporation (HMC) agar meningkatkan investasinya di Indonesia.
“Kami sudah merekomendasikan jika pihak HMC ingin berinvestasi di Indonesia, dapat mencari strategi yang berbeda dengan para pesaingnya, sebagai contoh adalah mengisi pasar sedan,” ungkap Airlangga.
Apalagi, Kemenperin tengah memacu produksi sedan bagi pasar ekspor seiring upaya terhadap penurunan PPnBM untuk sedan.
Nilai investasi Korsel terus meningkat sehingga menempati peringkat keempat terbesar di Indonesia. Hingga pertengahan tahun ini, nilainya telah mencapai US$ 1,15 miliar, sementara tahun 2017 sebesar US$2,2 miliar.
Sedangkan, neraca perdagangan Indonesia dengan Korsel sepanjang tahun lau mengalami surplus sebesar US$ 78 juta dari total nilai perdagangan yang mencapai US$ 16 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News