Reporter: Mimi Silvia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. PT Ricky Putra Globalindo Tbk terus berupaya mengejar target meningkatkan kontribusi ekspor terhadap total penjualan hingga akhir 2015. Saat ini kontribusi ekspor 34,3%, sementara target manajemen Ricky Putra ekspor bisa mengisi 35% dari total penjualan tahun ini.
Manajemen emiten berkode saham RICY di Bursa Efek indonesia ini memang tak menambah pasar baru, tapi fokus meningkatkan penjualan pada pasar yang sudah ada. "Kami ingin meningkatkan order dari klien lama, sehingga penjualan bisa meningkat," kata Tirta Heru Citra, Direktur PT Ricky Putra Globalindo Tbk kepada KONTAN, Selasa (3/11).
Hingga kuartal III-2015, penjualan ekspor RICY sebesar Rp 270,62 miliar naik 8% dari periode yang sama 2014 yakni sebesar Rp 250,7 miliar. Porsi ekspor Kuartal III-2015 ini setara dengan 34,3% total penjualan Rp 789,14 miliar.
Angka ekspor ini memang lebih besar ketimbang kuartal III-2014 yang baru sekitar 27% dari total penjualan yang mencapai Rp 927,3 miliar.
Meskipun demikian, manajemen RICY tak memerinci volume ekspor yang mereka targetkan. Yang pasti, salah satu negara tujuan ekspor yang jadi target kenaikan penjualan adalah Jepang.
Dengan upaya meningkatkan penjualan di pasar ekspor manajemen RICY berharap masih bisa mengejar kekurangan target pendapatan 2015 di sisa kuartal IV-2015. Sebagai gambaran, RICY di berharap bisa mencatatkan penjualan sama dengan 2014 yakni Rp 1,19 triliun.
Agar memenuhi target, manajemen RICY memang tak hanya menggenjot ekspor. Mereka menempuh strategi lain, yakni menaikkan harga jual, sebanyak dua kali pada tahun ini, yakni pada Januari dan September. Kenaikan pada dua periode tersebut sama, yakni sebesar 5%.
Kenaikan harga jual ini karena mendapat tekanan dari melemahnya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Nah, tekanan itu masih terasa hingga kuartal III-2015 lalu.
Pada periode sembilan bulan pertama tahun ini, Ricky Putra menanggung rugi selisih kurs bersih Rp 59,16 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, mereka untung selisih kurs bersih Rp 796,09 juta.
Rugi selisih kurs bersih kemudian menggerus laba operasi. Sejatinya, laba operasi Ricky Putra pada kuartal III sebenarnya masih naik 29,5% menjadi Rp 68,79 miliar, meskipun, pendapatan turun 14,9% jadi Rp 789,14 miliar.
Pada akhirnya, Ricky Putra mencatatkan kerugian Rp 29,15 miliar pada kuartal III-2015. Sementara pada kuartal III-2014, mereka masih untung Rp 12,07 miliar.
Tekanan kerugian kurs juga menghentikan rencana ekspansi RICY tahun ini. Semula, mereka ingin meningkatkan kapasitas produksi pabrik dengan berbekal dana belanja modal senilai Rp 50 miliar.
Rencana tersebut tak kunjung terealisasi hingga kuartal III. Manajemen RICY mengaku menunda rencana pembelian mesin pabrik sampai kondisi perekonomian Indonesia kembali stabil. "Untuk kuartal IV-2015 ini kami juga tidak ada ekspansi karena keadaan ekonomi yang masih belum stabil," tandas Tirta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News