CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.341.000   -7.000   -0,30%
  • USD/IDR 16.725   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.414   -5,56   -0,07%
  • KOMPAS100 1.163   -1,38   -0,12%
  • LQ45 846   -2,34   -0,28%
  • ISSI 294   -0,29   -0,10%
  • IDX30 440   -1,80   -0,41%
  • IDXHIDIV20 510   -4,13   -0,80%
  • IDX80 131   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 135   -0,09   -0,06%
  • IDXQ30 141   -1,39   -0,98%

Risiko Siber Meningkat, ITSEC Asia (CYBR) Perkuat Strategi Keamanan Manufaktur


Sabtu, 22 November 2025 / 11:27 WIB
Risiko Siber Meningkat, ITSEC Asia (CYBR) Perkuat Strategi Keamanan Manufaktur
ILUSTRASI. PT ITSEC Asia Tbk (CYBR).


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Manajemen PT ITSEC Asia Tbk menilai risiko siber pada lingkungan operational technology (OT) meningkat pesat seiring percepatan digitalisasi industri manufaktur Indonesia.

Presiden Direktur & CEO ITSEC Asia Patrick Dannacher menjelaskan profil risiko manufaktur berubah cepat karena semakin terhubungnya sistem cloud, IoT, dan integrasi OT serta IT. 

“Serangan yang sebelumnya menyasar jaringan kantor kini mulai menargetkan lini produksi yang sensitif terhadap gangguan sehingga segala sesuatu yang terhubung perlu perlindungan,” jelasnya dalam keterangan resmi, Sabtu (22/11/2025). 

Baca Juga: TINS Serap Capex Rp 190 Miliar per Kuartal III-2025, Ini Rincian Penggunaannya

Dannacher menuturkan ketika satu perangkat laptop terinfeksi atau akses vendor yang tidak aman dapat langsung mengganggu jalur produksi dan menyebabkan kerugian signifikan.

Menurutnya, kesiapan pabrik di Indonesia masih beragam, di mana perusahaan besar cenderung sudah memiliki kontrol lebih matang sementara pabrik kecil-menengah masih berada pada tahap awal. 

Selain itu, integrasi mesin OT lama yang tidak dirancang untuk konektivitas modern memunculkan celah keamanan. Dannacher bilang risiko seperti jaringan datar, firmware kedaluwarsa, hingga kredensial bawaan masih menjadi masalah umum. 

“Pendekatan integrasi yang disiplin dapat mengubah risiko menjadi peluang, seperti melalui segmentasi jaringan yang lebih ketat dan pemantauan perilaku anomali,” kata Dannacher. 

Manajemen CYBR mengidentifikasi kebutuhan peningkatan tata kelola nasional untuk mendukung program Making Indonesia 4.0, termasuk baseline keamanan OT dan pelaporan insiden yang lebih terstruktur

Dannacher menilai, insentif fiskal seperti tax credit dan public co-funding dapat mempercepat adopsi keamanan siber yang terukur, serta memperketat standar keamanan pemasok agar ekosistem industri menjadi lebih tahan terhadap serangan. 

Selanjutnya: Asing Net Buy Rp 3,86 Triliun, Cek Saham yang Banyak Diborong Sepekan Terakhir

Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Lagu Romantis Beragam Genre dari Pop sampai RnB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×