Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
SEMARANG. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menargetkan pendapatan perusahaan pada tahun 2017 bisa tembus Rp 6,5 triliun atau naik 16% dari realiasi pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 5,6 triliun. Optimisme tersebut didasarkan pada pengembangan sejumlah lini bisnis usaha di anak perusahaan RNI.
Direktur Utama RNI B. Didik Prasetyo mengatakan, pihaknya optimistis dapat mencapai target tersebut mengingat kondisi usaha anak-anak perusahaan cukup sehat pada tahun ini. Ia mengatakan, peningkatan pendapatan itu berasal dari PT Rajawali Nusindo yang target pendapatannya tahun ini diharapkan mencapai Rp 3,5 triliun atau naik 29,6% dari tahun lalu sebesar Rp 2,7 triliun.
"Nusindo ini sedang mengembangkan beberapa lini bisnis usaha baru misalkan perdagangan umum yang target perdagangannya kami naikkan kontribusi pendapatannya termasuk untuk alat-alat kesehatan," ujarnya di Semarang, akhir pekan lalu.
Didik menjelaskan, selain Nusindo, RNI juga menargetkan peningkatkan pendapatan anak usahanya yang bergerak di bidang produsen obat, food suplemen, dan fitofarmaka yakni PT Phapros Tbk. Jika tahun lalu, pendapatan Phapros sebesar Rp 700 miliar, maka pada tahun ini ditargetkan naik 42,8% menjadi Rp 1 triliun.
Sementara sisanya berasal dari penjualan gula RNI yang tahun ini ditargetkan produksi naik 11,6% menjadi 316.000 dari tahun lalu sebesar 283.000 ton. Peningkatan produksi gula ini diharapkan turut menyokong pertumbuhan pendapatan RNI pada tahun ini. Kendati begitu, Didik belum bisa memprediksi nilai pendapatan dari gula tahun ini karena pembatasan harga gula oleh pemerintah.
"Tapi biasanya setiap tahun penjualan gula menyumbang sekitar 32%-35% dari total pendaptan RNI," imbuhnya.
Tahun ini, kenaikan target produksi gula tak terlepas dari perbaikan rendemen gula yang diprediksi naik 1% sampai 1,5% dibandingkan tahun lalu.
Sejauh ini beberapa pabrik gula milik RNI sudah mulai giling dan sudah ada realisasi sekitar 3.000 ton gula. Selama ini gula RNI didistriubsikan lewat anak usahanya Nusindo, tapi belakangan ada instruksi dari pemerintah untuk menjualnya ke Perum Bulog.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News