kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

RNI groundbreaking rumah potong hewan


Kamis, 28 Februari 2013 / 15:02 WIB
RNI groundbreaking rumah potong hewan
ILUSTRASI. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati meresmikan peluncuran e-meterai pada Jumat (1/10) di Kantor Pusat DJP, Jakarta


Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) kian serius mengembangkan bisnis peternakan sapi. Kali ini, perusahaan pelat merah ini melakukan acara seremonial peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang berlokasi di PG Jatitujuh Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

RPH yang dinamai Jatitujuh itu memiliki kapasitas pemotongan sebanyak 30.000 ekor sapi per tahun atau sekitar 2.500 ekor sapi per bulan  atau 100 ekor sapi per hari. Direktur Utama PT RNI, Ismed Hasan Putro, bilang, RPH Jatitujuh memiliki luas 4 hektare yang terbagi ke dalam bangunan utama, bangunan fasilitas pendukung dan prasarana yang lengkap sehingga masuk dalam golongan RPH modern.

Bangunan utama terdiri dari rumah pemotongan, kandang penampungan, karantina, tempat penurunan sapi, ruang pembakaran, power house, waste water treatment, perkantoran dan laboratorium. “Untuk membangun RPH modern memakan biaya investasi Rp 25 miliar,” terang Ismed dalam siaran persnya yang dikutip KONTAN hari ini (28/2).

Ismed berharap, keberadaan RPH Jatitujuh mampu memberikan kontribusi pada program swasembada daging yang dicanangkan pemerintah, dan mampu  menstabilkan harga daging yang saat ini mencapai harga tertinggi sehingga memberatkan bagi masyarakat luas.

RPH Jatitujuh diharapkan dapat melayani pemotongan sapi bukan hanya dari hasil penggemukan produksi RNI, namun dapat juga berasal dari para peternak dari luar PT RNI.  Secara keseluruhan budi daya ternak sapi terintegrasi, merupakan aplikasi dari konsep ‘zero waste’ pemanfaatan buangan tebu.

Prospektifnya usaha sapi dan dengan implementasi konsep pola terpadu, diharapkan dapat menjadi bidang usaha inti RNI Group di masa depan. Ismed menjelaskan, RNI menargetkan usaha pengembangan sapi tersebut sebanyak 100.000 ekor per tahun yang terbagi menjadi 40.000 ekor di PG Subang,  5.000 ekor di PG Jatitujuh, dan 5.000 ekor di PG Krebet Baru.

Selain itu, RNI juga akan melakukan penggemukan sapi di Subang dan Malang serta di Palembang.  RNI juga tengah melakukan kerja sama operasi (KSO) budi daya peternakan sapi dari mulai pembibitan, penggemukan, pemotongan hingga industri olahan daging sapi dan  pemasaran hasil bisnis dengan PT Gerbang NTB Mas, yang merupakan BUMD Pemerintah Daerah Mataram,  di Lombok.

Tak hanya itu, RNI juga melakukan kerja sama pengelolaan sapi dengan Kabupaten Majalengka terutama dalam hal pemasaran dengan potensi 5.000 ekor. Tidak hanya itu, pengembangan budidaya berbasis plasma terus ditingkatkan sehingga dapat memberi kesejahteraan bagi para peternak sapi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×