Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berniat menggenjot aset properti yang idle untuk produktif. Hal ini dilakukan untuk mengejar kenaikan nilai aset sebesar Rp 7,5 triliun pada tahun 2017 mendatang.
Ismed Hasan Putro, Direktur Utama RNI mengatakan, penambahan aset tersebut berasal dari aset properti RNI yang menganggur atau belum digarap secara bisnis. Agar bisa produktif, aset properti milik RNI itu akan dikomersialkan.
"Sekarang belum hitung asetnya berapa besar, tapi kami akan maksimalkan aset yang idle ini," kata Ismed. Lokasi aset properti yang akan digarap tersebut ada di Jakarta, Surabaya dan Cirebon.
Adapun properti RNI yang bisa digarap itu adalah; berupa tanah di kawasan MT Haryono seluas 14.000 meter persegi (m2), di Gatot Subroto (Jakarta) seluas 5,9 Ha, di Cirebon seluas 3 ha dan di Surabaya seluas 3,5 hektare (ha).
Menurut Ismed, aset-aset tersebut akan dibangun gedung perkantoran dan hotel. "Sistemnya bangun dulu baru bayar," kata Ismed.
Untuk di wilayah MT Haryono, RNI berencana membangun gedung perkantoran setinggi 27 lantai. Nilai investasinya mencapai Rp 550 miliar. "Kami bermitra dengan Waskita Karya," terang Ismed.
Di Surabaya, RNI akan membangun gedung perkantoran dan apartemen dengan nilai investasi Rp 1,8 triliun. Menurut Ismed, untuk proyek di Surabaya masih mengalami studi kelayakan. "Kami berharap Januari 2014 sudah mulai dibangun," kata Ismed.
Di Jakarta, RNI akan membangun RNI tower menjadi pusat perkantoran. Saat ini masih dikerjakan studi kelayakannya dan masih meminta persetujuan dari Kementerian BUMN. "5 tower perkantoran 45 lantai, kedua ada hotel 17 lantai dan convention hall 8 lantai," kata Ismed.
Total biaya investasi yang akan dikeluarkan oleh RNI untuk mengembangkan proyek propertinya ini mencapai Rp 4,5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News