Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Maraknya wacana moratorium minimarket membuat PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) harus hati-hati dalam mengembangkan bisnis ritel mereka. Tahun ini, perusahaan plat merah ini akan lebih banyak menawarkan waralaba ketimbang membuka gerai milik sendiri.
RNI mengelola dua minimarket lewat anak usaha PT Rajawali Nusindo. Namanya Rajawali Mart dan Waroeng Rajawali. Bedanya, Waroeng Rajawali juga menyediakan area khusus untuk galeri produk badan usaha milik negara (BUMN) serta menjajakan bahan pokok seperti garam, beras, dan minyak goreng.
Gema Pahala, Manajer Rajawali Mart bilang, perusahaan ini akan melihat situasi di lapangan sebelum ekspansi. Rencana penambahan gerai pun tidak terlalu banyak yaitu hanya 100 gerai. "Di antara gerai baru lebih banyak kemitraan," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (8/2).
Catatan KONTAN, sampai Juni 2014, RNI sudah punya 500 gerai Rajawali Mart dan Waroeng Rajawali sejak membuka gerai perdana awal 2013. Gerai ini terdiri dari 300 gerai milik sendiri dan sisanya milik mitra waralaba. Adapun penyebaran gerai paling banyak di Jabodetabek dan Bali.
RNI menawarkan paket senilai Rp 150 juta untuk investor yang tertarik memegang waralaba Rajawali Mart dan Waroeng Rajawali. Dengan investasi sebesar itu, investor dijanjikan omzet senilai Rp 5 juta per hari atau Rp 150 juta per bulan, serta laba bersih sekitar 5% dari omzet.
Selain membuka gerai sendiri, Rajawali Nusindo juga akan memasok produk RNI ke jaringan ritel lain. "Saat ini kami sedang menjajaki memasukkan gula merek Raja Gula ke minimarket SB Mart," terangnya.
SB Mart adalah anak usaha SB Finance. Jaringannya baru ada di dua kota di Jawa Barat, Bogor dan Bandung.
Sekretaris Perusahaan RNI Dwi Usmanto menambahkan, pihaknya juga tengah menjajaki kerjasama dengan Alfamart dan Indomaret. "Saat ini masih tahap diskusi," ujarnya. Dwi juga belum bersedia memberi tahu target pemasukan RNI dari bisnis ritel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News