Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut membuat margin industri baja nasional makin tertekan. Pada semester I tahun ini, perusahaan baja nasional diperkirakan hanya mampu membukukan margin sekitar 1% hingga 2%.
Direktur Eksekutif Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), Edward Pinem menuturkan, tren pelemahan nilai tukar rupiah memukul pelaku industri baja nasional. Pasalnya, "Sebagian besar bahan baku masih impor," katanya, akhir pekan lalu.
Edward bilang, sekitar 70% bahan baku baja berupa scrap masih diimpor. Tak hanya itu, bahan baku berupa bijih besi juga masih banyak yang dipasok dari luar negeri.
Ironisnya, saat nilai tukar rupiah tengah loyo, harga bahan baku untuk industri baja justru merangkak naik. Harga scrap misalnya, saat ini berkisar antara US$ 420 per ton hingga US$ 430 per ton. Padahal, akhir tahun lalu, harga scrap berkisar US$ 380 per ton.
Sementara itu, harga bijih besi saat ini ada di kisaran US$ 150 per ton, naik 30,43% ketimbang akhir tahun lalu yang sekitar US$ 115 per ton. Selain pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga bahan baku, industri baja juga harus menanggung beban kenaikan harga energi dan upah buruh.
Alhasil, Edward memperkirakan margin industri baja hingga semester I-2013 bakal tergerus. "Biasanya industri baja bisa mendapat margin sekitar 3% hingga 5%, tapi sampai enam bulan pertama tahun ini, perkiraan kami margin hanya sekitar 1% sampai 2%," katanya.
Di sisi lain, harga jual produk baja saat ini sulit naik karena permintaan global masih lesu. Sehingga, pelaku industri baja domestik tak leluasa menaikkan harga jual demi menjaga margin.
Sebelumnya Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel Tbk Yerry bilang, kenaikan harga bahan baku dan gempuran produk baja impor menekan keuntungan perusahaan.
Selama kuartal I-2013, margin laba bersih perusahaan tercatat hanya 1,4%, turun dari kuartal I-2012 yang sebesar 1,8%. "Tingkat profitabilitas industri baja domestik menurun drastis," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News