kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah melemah, AUTO tak mau latah naikkan harga


Senin, 02 Maret 2015 / 21:22 WIB
Rupiah melemah, AUTO tak mau latah naikkan harga


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pergerakan rupiah mulai mendekati level Rp 13.000 per dollar AS. Pelemahan seperti ini tentunya bisa mempengaruhi bisnis industri otomotif mengingat banyaknya bahan baku yang harus diimpor.

Salah satunya adalah, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). "Tapi, bukan berarti rupiah melemah lalu kami harus menaikkan harga jual," imbuh Direktur AUTO Robby Sani kepada KONTAN, (2/3).

Menurutnya, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan kapan dan sejauh mana urgensi AUTO untuk mengerek harga. Pertama, adalah soal tren pergerakan rupiah itu sendiri. Rupiah saat ini memang sempat mencapai level tertingginya, menembus Rp 13.000 per dollar AS, tapi bukan berarti level ini yang menjadi acuan untuk mengerek harga.

Manajemen memiliki jangka waktu dalam tiga hingga enam bulan untuk mencermati pergerakan rupiah sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menaikkan harga. Misal, dalam tiga bulan, rupiah terus berfluktuasi dengan rentang batas bawah Rp 12.500 dan batas atas Rp 12.900 per dollar AS.

Nah, dalam kurun waktu tersebut, ketemulah rata-rata level rupiah Rp 12.700 dollar AS misalnya. Dengan batas aman rupiah Rp 12.500 per dollar AS bagi AUTO, berarti disitu ada disparitas Rp 200.

Selisih sebesar Rp 200 itulah yang menjadi dasar perhitungan persentase kenaikan harga. Tapi, bukan berarti harga yang dinaikkan itu sepenuhnya memenuhi selisih Rp 200 itu. Penyesuaian dilakukan hingga level Rp 150, lalu sisanya disesuaikan oleh konsumen AUTO. "Caranya, mereka bisa melakukan efisiensi," imbuh Robby.

Bukan tanpa alasan jika fluktuasi kurs menjadi urgensi AUTO untuk mengerek harga. Pasalnya, komposisi impor bahan baku untuk kebutuhan produksi AUTO sebagian besar masih harus diimpor. Sehingga, penyesuaian harga kadang diperlukan karena ketika rupiah melemah jauh, beban perseroan bakal membesar.

"Dari komponen biaya produksi, komposisinya besar, sekitar 50% hingga 70% -nya merupakan kebutuhan bahan baku," pungkas Robby.

Catatan saja, dari sisi nilai, biaya produksi AUTO sepanjang 2014 lalu sebesar Rp 7,79 triliun, naik 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan komposisi untuk impor bahan baku sebesar 50%-70%, dus dari total biaya produksi tersebut sekitar Rp 3,89 triliun hingga 5,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×