Reporter: Mona Tobing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pengusaha tempe di Indonesia saat ini tengah galau. Pasalnya, di tengah kenaikan harga kedelai internasional, mata uang rupiah kembali melemah. Tentunya hal ini akan membuat beban pengusaha tempe semakin menggunung. Meski begitu, pengusaha tempe tetap akan mengimpor kedelai.
Aip Syarifudin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengatakan, pengrajin tempe mau tak mau tetap harus impor kedelai. "Suka tidak suka, kami harus ikut harga kedelai dalam US dollar. Karena kedelai lokal sendiri tidak memenuhi kebutuhan," ujar Aip pada Kamis (3/4).
Gakoptindo berencana untuk memperpanjang kontrak kedelai baru dengan Amerika Serikat. "Besok, saya akan buat kontrak baru dengan produsen kedelai di AS. Target kami tiap bulan, impor kedelai dari AS sebesar 5-10 ribu ton," tutur Aip.
Meski begitu, saat ini kata Aip ketersedian (stok) impor kedelai masih aman untuk 3 bulan ke depan di mana ada sekitar 600 ribu ton stok kedelai yang mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News