Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Seakan ta mau kalah dengan manggis, yang sudah menjadi komoditas ekspor, salak pondoh asal Jogyakarta juga melirik potensi ekspor. Kali ini, salak dari Jogja tersebut melirik manisnya pasar salak di Austraia.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Paguyuban Mitra Turindo lewat PT Agung Mustika Selaras, perusahaan eksportir buah, saat ini tengah menjalani rangkaian prosedur ekspor ke Negeri Kangguru tersebut.
Agustinus Peggy Asda, Ketua Gapoktan Paguyuban Mitra Turindo bilang, sebelum ekspor ke Australia, pihaknya sudah mengekspor salak ke China sejak tahun 2009 silam. "Total salak yang kami ekspor dari petani kami ke China sudah mencapai 1.425 ton, kami harap tahun ini ekspor ke Australia sudah bisa teralisasi," kata Agustinus, Selasa (12/6).
Dia menjelaskan, pihaknya membina 15 kelompok petani salak di wilayah Sleman dan Magelang yang mengelola areal perkebunan seluas 169 hektare (ha). Menurut dia, produksi salak yang dihasilkan setiap bulan mencapai 130 ton, dimana 30 ton diantaranya merupakan komoditas ekspor.
Ketika datang musim penghujan atau sekitar rentang Oktober hingga Maret, produksi salak yang diperoleh petani bisa meningkat tiga kali lipat. Alhasil, saat itu pihaknya bisa mengekspor salak ke China hingga 100 ton per bulan. Namun demikian, perdagangan salak di China semakin ketat sehingga perlu perluasan pasar baru, salah satunya Australia.
Dia bilang, saat ini harga salak di tingkat petani mencapai Rp 7.500 per kilogram (kg), sedangkan untuk kualitas ekspor harganya mencapai Rp 11.500 per kg. Ia menambahkan, meluasnya pasar ekspor membuat petani termotivasi untuk menambah produksinya. "Selisih keuntungan yang besar tentunya membuat petani terpacu memperbesar produksi dan meningkatkan kualitasnya," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News