kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sampai 2025, PGE siapkan investasi hingga US$ 2,6 miliar


Senin, 21 Januari 2019 / 17:34 WIB
Sampai 2025, PGE siapkan investasi hingga US$ 2,6 miliar


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus berupaya untuk menambah kapasitas terpasang pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia. Sebagai induk perusahaan dari PGE, PT Pertamina (Persero) menempatkan geothermal dalam salah satu prioritas strategis di sektor hulu.

Ali Mundakir, Direktur Utama PGE menuturkan sebagai garda terdepan dalam pengembangan panas bumi di Indonesia, kontribusi PGE ini akan terus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang melalui beberapa proyek yang tengah digarap. Dari tahun ini hingga 2025 mendatang, PGE sudah menyiapkan investasi sebesar US$ 2,6 miliar.

Proyek yang tengah digarap antara lain proyek panas bumi di Lumut Balai di Sumatera Selatan, Hululais dan Hululais Extention (Bukit Daun) di Bengkulu, dan Sungai Penuh di Jambi, yang mana total kapasitas terpasang panas bumi yang ditargetkan PGE pada tahun 2025 adalah sebesar 1.057 MW.

Dengan begitu, sambung Ali, PGE telah melakukan penghematan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 51,7 MBOEPD dan telah memberikan kontribusi pengurangan emisi karbon sebesar 5,5 juta ton CO2 per tahun.

Selama 2018, PGE berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih 12% lebih tinggi dari tahun 2017. Dengan peningkatan kapasitas terpasang dari 617 MW menjadi 672 MW, PGE mentargetkan peningkatan produksi dari 4.181 GWh menjadi 4.551 GWh.

Nah, pada tahun ini mereka fokus dalam melakukan optimalisasi pemanfaatan energi panas bumi di eksisting area, salah satunya dengan pengembangan small scale power plant, inisiasi portfolio pemanfaatan langsung panas bumi, seperti untuk proses pengolahan makanan dan minuman, kosmetik, serta yang tak kalah penting adalah inisiasi tindak lanjut pemanfaatan jaringan bersama.

“Secara peraturan, pemanfaatan jaringan bersama ini telah diatur dan dimungkinkan oleh Pemerintah dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, dan apabila pemanfaatan jaringan bersama ini dapat terlaksana dengan baik maka PGE dapat memberikan dukungan supply listrik secara optimal kepada unit bisnis Pertamina sehingga dapat menghemat penggunaan energi fosil dan cadangan devisa Negara,” papar Ali dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (21/1).

Sebagai informasi, sekarang ini Indonesia memiliki total kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.949,5 MW, berada di posisi kedua di dunia setelah Amerika Serikat yang memiliki total kapasitas terpasang panas bumi 3.639 MW.

Dan kontribusi PGE dalam pencapaian ini termasuk yang paling besar secara badan usaha tunggal, dengan kapasitas terpasang sebesar 617 MW, disusul oleh Star Energy Geothermal Salak, sebesar 377 MW, Sarulla Operations, Ltd., sebesar 330 MW, Star Energy Geothermal Darajat II, Ltd., sebesar 271 MW, Star Energy Geothermal, sebesar 227 MW, Geo Dipa Energi, sebesar 115 MW, dan PLN sebesar 13 MW.

Pertamina melalui PGE, kata Ali, merupakan pionir pengembangan panas bumi di Indonesia, yang salah satu lapangannya yaitu Area Kamojang, telah beroperasi selama 35 tahun dengan kapasitas terpasang yang terus meningkat, dimulai dengan 30 MW di tahun 1983, menjadi 617 MW di tahun 2018, dan direncanakan akan bertambah 55 MW menjadi 672 MW di tahun 2019 dengan beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 1.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×