Reporter: Albertus M. Prestianta | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Demi memuluskan rencana ekspansinya, PT Sampoerna Agro Tbk (Sampoerna Agro) perlu mengambilalih seluruh saham PT Hutan Ketapang Industri (HKI) milik PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk dan PT Nusa Bhakti Jayaraya.
Keterbukaan informasi Sampoerna Agro menyebutkan, akuisisi itu dilakukan melalui dua anak usahanya, yaitu PT Sungai Menang dan PT Pertiwi Lenggara Agromas. Proses akuisisi tersebut sudah rampung pada 2 Juli 2012.
"Dengan telah diselesaikannya transaksi pengambilalihan itu, maka Sungai Menang menjadi pemilik 99,8% dan PT Pertiwi Lenggara Agromas memiliki 0,2% saham Hutan Ketapang Industri," kata Achmad Hadi Fauzan, Direktur Sampoerna Agro dalam keterangan tertulis yang dirilis Selasa (3/7) lalu.
Sekadar catatan, Sampoerna Agro memiliki 99,91% saham di Sungai Menang, dan 99,99% saham di Pertiwi Lenggara Agromas.
Head of Investor Relations Sampoerna Agro, Michael Kesuma mengungkapkan, akuisisi lahan tersebut dilakukan seiring rencana perusahaan melakukan ekspansi di bisnis karet. "Tapi, soal besaran dana untuk akuisisi, saya belum bisa update," ujarnya melalui pesan singkat, Rabu (4/7).
Namun, Sekretaris Perusahaan KBRI Budi Priyadi menyebut, nilai transaksi pengambilalihan Hutan Ketapan Industri mencapai US$ 7,8 juta. "Pembayarannya sudah tuntas semua," ujar Budi.
Kata Budi, Hutan Ketapan Industri memegang izin hutan tanaman industri (HTI) seluas 100.000 hektare (ha) di Ketapang, Kalimantan Barat. Seluruh luas areal itu belum ditanami.
Sebelum mencaplok lahan Hutan Ketapang Industri, cadangan lahan milik Sampoerna Agro tercatat seluas 200.000 ha dengan luas tertanam mencapai 109.000 ha. Sebagian besar dari luas lahan itu berada di Kalimantan. Nah, dengan mengakuisisi Hutan Ketapan Industri, perusahaan ini kini memiliki cadangan lahan seluas 300.000 ha.
Adapun, terkait kinerja perusahaan di kuartal I tahun ini terlihat meredup. Lihat saja, di kuartal I 2012, Sampoerna Agro hanya mencatatkan penjualan sekitar Rp 683,51 miliar. Padahal penjualan dio periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 759,27 miliar.
Penurunan ini dipicu harga jual rata-rata minyak sawit mentah (CPO) pada kuartal I 2012 yang anjlok sebesar 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Lantaran penjualan yang melorot tentu berimbas pula pada penurunan laba bersih perusahaan. Sampoerna Agro hanya membukukan laba bersih Rp 62,26 miliar di kuartal I tahun ini, atau melorot dibandingkan kuartal I-2011 yang sebesar Rp 189,32 miliar. Penurunan pendapatan dan laba itu juga dipicu kenaikan beban pokok penjualan.
Tak hanya itu, selama tiga bulan pertama di tahun ini, produksi tandan buah segar (TBS) Sampoerna Agro juga menyusut sekitar 20%-30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di periode yang sama, produksi CPO juga turun 15% menjadi 70.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News