kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Sang begawan turun gunung


Sabtu, 09 Oktober 2010 / 07:47 WIB
Sang begawan turun gunung
ILUSTRASI. Bisnis tas rotan


Reporter: Sam Cahyadi |


JAKARTA. Lama tak terdengar, sepak terjang pengusaha Hari Darmawan kembali mencuat. Pendiri Matahari Department Store ini tengah berancang-ancang menjadi raja mal, pertokoan, dan tempat wisata.

Hari mengungkapkan, saat ini dia telah memiliki enam mal dan satu pusat pertokoan di bawah bendera PT Griyapesona Mentari. Aset-aset propertinya tersebar di Cilandak–Jakarta Selatan, Cilegon–Banten, Cianjur, Sukabumi, Karawang di Jawa Barat, serta Makassar–Sulawesi Selatan. Selain itu, Hari menguasai salah satu pusat pertokoan di Bogor, Taman Topi Square.

Pria berusia 70 tahun ini tertarik kembali terjun di bisnis properti dan ritel lantaran memiliki keahlian. “Dalam 10 tahun terakhir, saya membeli enam mal. Semuanya memakai uang sendiri, jadi tidak ada kaitannya dengan Grup Lippo,” ujar Hari kepada KONTAN.

Bagi Anda yang belum tahu, Hari Darmawan adalah pendiri Matahari Department Store yang belum lama ini dijual Grup Lippo ke CVC Capital. Tangan dingin Hari telah membuat Matahari menjelma menjadi jaringan ritel modern raksasa di Tanah Air hingga sekarang.

Namun, berbeda dengan mal milik Grup Lippo yang banyak menjamur di kota besar, Hari justru memilih kota-kota pinggiran sebagai ladang bisnis. “Saya memang sengaja memilih segmen pasar yang berbeda dengan pemain lain,” dalih dia.

Tak heran, mal-mal milik Hari kurang begitu terkenal dibanding dengan mal-mal lain yang tersebar di Jakarta dan beberapa kota besar. Sebut saja Cilandak Mall, Cilegon Supermall, Karawang Supermall, Cianjur Supermall, dan Latanete Plaza di Makassar, Sulawesi Selatan.

Sebelum menggunakan nama Supermall, mal-mal milik Hari memakai nama Mayofield Mall. Namun, sejak tahun lalu, Hari menggantinya dengan nama Supermall agar lebih gampang diingat orang.

Hari mengaku membeli beberapa mal itu dengan harga sekitar Rp 50 miliar per mal. Menurut dia, uang yang keluarkan lebih kecil jika dibandingkan dengan membangun mal dari nol. “Apalagi, mal-mal itu sebelumnya bisa dibilang hampir bangkrut,” kata dia.

Dengan keahlian dan pengalaman yang dimiliki, Hari merenovasi dan memperbaiki mal agar sesuai dengan kebutuhan konsumen. “Misalnya, dengan menambah lantai dan mengubah konsep mal,” imbuhnya.

Ambil contoh Sukabumi Supermall yang sebelumnya menggunakan nama Mayofield Sukabumi. Kini, mal ini mengalami banyak perubahan. Di sana ada penyewa ternama, seperti Fitness First, Gramedia, dan Best Denki. Malah ada pula jaringan bioskop 21.

Sementara, Cilegon Supermall dia sulap menjadi mal dengan konsep modern. Jika semula area publik di lantai dasar diisi penyewa, kini area itu diisi kursi-kursi agar para pengunjung bisa beristirahat. Sedangkan para penyewa ruang Serba Murah dan produk bermerek direlokasi ke lantai lain. Selain itu, Cilegon Supermall juga menyediakan fasilitas bagi para penyandang cacat, seperti kursi roda dan sebagainya.

Satu hal yang hampir pasti, Hari akan membuka gerai ritel modern di Taman Wisata Matahari (TWM). Manajer Pemasar-an TWM, Eka D. Putri Larasati, bilang, gerai ritel modern yang akan dibangun lumayan besar. “Istilah Pak Hari, ingin memindahkan Pasar Baru atau Pasar Glodok ke TWM,” kata dia.

Sekadar informasi, TWM adalah wahana wisata alam dan permainan yang berdiri di atas lahan seluas 30 hektare (ha) di kawasan Megamendung, Bogor. Hari mengaku akan terus mengembangkan TWM dengan berbagai fasilitas. “Yang terbaru adalah waterpark,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×