Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
Meskipun begitu, Devin menyebut bahwa saat ini exposure Saratoga di sektor teknologi kebanyakan masih melalui partner mereka di Provident Growth Fund dan SC Tech Investment. Namun ke depannya, Saratoga akan terus mencari peluang di sektor tersebut dengan mencari perusahaan-perusahaan terbaik.
"Tapi ke depannya kami akan berusaha untuk mencari perusahaan-perusahaan teknologi yang bisa memberikan nilai tambah atau bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan kami lainnya. Di mana Saratoga akan berinvestasi lebih besar directly untuk perusahaan-perusahaan tersebut," sebut Devin.
Selain itu, Saratoga juga telah melengkapi portofolionya di sektor obat-obatan herbal dengan berinvestasi di PT Deltomed Laboratories (DL) yang merupakan produsen dari produk Antangin.
Devin berujar, penjualan Antangin sebagai produk andalan DL tumbuh secara signifikan selama pandemi. Hal itu utamanya didukung oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang mengandalkan obat-obatan herbal untuk menjaga kesehatan. "Di tahun lalu DL juga meluncurkan produk baru yang disebut Imugard. Imugard ini berkhasiat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh," jelasnya.
Selama tahun 2020, Saratoga berhasil membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 8,82 triliun. Angka tersebut tumbuh 20% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 7,37 triliun.
Pada tahun 2020, nilai investasi Saratoga di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 120% menjadi Rp 10,18 triliun, dan nilai investasi di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tumbuh 56% menjadi Rp 12,64 triliun.
Saratoga juga berhasil membukukan pendapatan dividen di tahun 2020 sebesar Rp 750 miliar, yang sebagian besar dikontribusikan oleh portofolio Saratoga, antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan nilai Rp 215 miliar, PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) Rp 214 miliar, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) Rp 210 miliar, dan PT Provident Agro Tbk (PALM) sebesar Rp 105 miliar.
Adapun, pada tahun ini Saratoga mengalokasikan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar US$ 50 juta hingga US$ 100 juta. Di mana, sumber dananya berasal dari pendapatan dividen dari anak perusahaan. "Jika dilihat performa Saratoga dalam 4 tahun terakhir, kami selalu berhasil mendapatkan pendapatan dividen dari anak perusahaan kami minimum Rp 750 miliar," ujar Devin.
Selanjutnya: Sejumlah emiten berencana buyback, begini rekomendasi analis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News