kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saratoga Investama (SRTG) mulai merambah sektor konsumer dan teknologi di tahun ini


Rabu, 28 April 2021 / 18:49 WIB
Saratoga Investama (SRTG) mulai merambah sektor konsumer dan teknologi di tahun ini
RUPST PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menyampaikan bahwa sejak beberapa tahun ke belakang, Saratoga sudah mulai merambah dan mengeksplorasi peluang berinvestasi di sektor konsumer dan teknologi. Di mana, kedua sektor tersebut akan semakin dikembangkan dengan tujuan untuk membantu pembangunan Indonesia di masa depan. 

"Sektor konsumer dan sektor teknologi akan menjadi sektor kunci kami yang akan kami kembangkan dalam tahun-tahun berikutnya. Sektor konsumer itu dalam definisi kami cukup besar, salah satunya adalah health care sektor, juga logistic sektor basically yang merupakan derivatif dari consumer sektor tersebut," ungkap Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya, Devin Wirawan dalam paparan publik virtual, Rabu (28/7).  

Seperti misalnya, porfotolio perusahaan Saratoga di sektor pelayanan kesehatan, yakni PT Famon Awal Bros atau Primaya Hospital. Devin bilang, sejumlah pencapaian telah diraih oleh Primaya Hospital, salah satunya melalui peluncuran rumah sakit baru di Karawang, sehingga secara total Primaya Hospital telah mengoperasikan 9 rumah sakit pada akhir tahun 2020. 

Baca Juga: Portofolio investasi tumbuh positif, Saratoga bakal tebar dividen Rp 298 miliar

"Dan berencana untuk meluncurkan 4 rumah sakit baru di semester pertama tahun 2021," sambungnya. 

Selanjutnya, portofolio perusahaan di sektor logistik, yaitu PT Mulia Bosco Logistik (MBL) yang berkecimpung di bidang rantai pendingin atau cold chain logistic. Di tahun 2020, Saratoga menambah kepemilikan saham di perusahaan cold storage tersebut menjadi 23,7% dari sebelumnya yang hanya 7,5%. 

Devin berujar, penambahan saham tersebut dilakukan melalui skema rights issue atau pembelian saham baru yang diterbitkan Mulia Bosco Logistik yang telah selesai dilakukan tahun lali.  

Mulia Bosco Logistik melihat adanya peningkatan permintaan produk farmasi, komoditas pertanian, dan barang konsumsi yanng disertai maraknya usaha mikro kecil menengah (UMKM) baru di dalam negeri. Melihat kondisi tersebut, Mulia Bosco Logistik juga sudah memulai proses untuk pembangunan fasilitas cold storage baru yang diharapkan akan beroperasi di akhir tahun ini. 

Dikatakan Devin, Saratoga juga sudah mulai merambah invetasi di perusahaan teknologi. Yang salah satunya adalah Julo, perusahaan peer to peer platform di sektor Fintech yang sudah Saratoga support selama beberapa tahun ini. 

Meskipun begitu, Devin menyebut bahwa saat ini exposure Saratoga di sektor teknologi kebanyakan masih melalui partner mereka di Provident Growth Fund dan SC Tech Investment. Namun ke depannya, Saratoga akan terus mencari peluang di sektor tersebut dengan mencari perusahaan-perusahaan terbaik. 

"Tapi ke depannya kami akan berusaha untuk mencari perusahaan-perusahaan teknologi yang bisa memberikan nilai tambah atau bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan kami lainnya. Di mana Saratoga akan berinvestasi lebih besar directly untuk perusahaan-perusahaan tersebut," sebut Devin. 

Selain itu, Saratoga juga telah melengkapi portofolionya di sektor obat-obatan herbal dengan berinvestasi di PT Deltomed Laboratories (DL) yang merupakan produsen dari produk Antangin.

Devin berujar, penjualan Antangin sebagai produk andalan DL tumbuh secara signifikan selama pandemi. Hal itu utamanya didukung oleh masih banyaknya masyarakat Indonesia yang mengandalkan obat-obatan herbal untuk menjaga kesehatan. "Di tahun lalu DL juga meluncurkan produk baru yang disebut Imugard. Imugard ini berkhasiat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh," jelasnya. 

 

Selama tahun 2020, Saratoga berhasil membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 8,82 triliun. Angka tersebut tumbuh 20% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 7,37 triliun. 

Pada tahun 2020, nilai investasi Saratoga di PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 120% menjadi Rp 10,18 triliun, dan nilai investasi di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tumbuh 56% menjadi Rp 12,64 triliun. 

Saratoga juga berhasil membukukan pendapatan dividen di tahun 2020 sebesar Rp 750 miliar, yang sebagian besar dikontribusikan oleh portofolio Saratoga, antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan nilai Rp 215 miliar, PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) Rp 214 miliar, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) Rp 210 miliar, dan PT Provident Agro Tbk (PALM) sebesar Rp 105 miliar.

Adapun, pada tahun ini Saratoga mengalokasikan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar US$ 50 juta hingga US$ 100 juta. Di mana, sumber dananya berasal dari pendapatan dividen dari anak perusahaan. "Jika dilihat performa Saratoga dalam 4 tahun terakhir, kami selalu berhasil mendapatkan pendapatan dividen dari anak perusahaan kami minimum Rp 750 miliar," ujar Devin.

Selanjutnya: Sejumlah emiten berencana buyback, begini rekomendasi analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×