Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tatkala banyak perusahaan mengeluhkan pandemi Virus Corona, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) bergeming. Kondisi keuangan maupun kelangsungan usaha dari perusahaan investasi yang berdiri pada saat krisis moneter tahun 1998 itu, tidak terpengaruh efek gulir Covid-19.
Kepada Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI), Saratoga mengakui jika beberapa perusahaan yang menjadi tempatnya berinvestasi memang ada yang terdampak oleh pandemi Covid-19. "Namun nilai investasi perseroan terhadap perusahaan-perusahaan tersebut relatif kecil dibandingkan nilai investasi perseroan secara keseluruhan sehingga tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja dan kondisi keuangan perseroan," tulis manajemen PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dalam keterbukaan BEI, Rabu (10/6).
Asal tahu, Saratoga berinvestasi di tiga sektor yakni infrastruktur, sumber daya alam dan produk konsumen. Perusahaan publik dalam negeri yang menjadi objek investasinya yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Provident Agro Tbk (PALM). Ada pula PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) dan PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII).
Sementara di Singapura, Saratoga membenamkan investasi di perushaan publik Interra Resources Limited dan Seroja Investments Limited. Lalu investasi di perusahaan Australia bernama Sihayo Gold Plc.
Dalam keterbukaan informasi Mei 2020 sebelumnya, per 31 Maret 2020 Saratoga melaporkan penurunan aset 21% atau sekitar Rp 5,72 triliun yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan nilai investasi pada saham sekitar Rp 5,73 triliun. Penyebabnya adalah pergerakan nilai wajar (fair value) harga saham untuk perusahaan publik pada tanggal 31 Maret 2020 yang mengalami penurunan sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa kepemilikan saham yang turun signifikan adalah ADRO dan TBIG yakni masing-masing sebesar Rp 2,75 triliun dan Rp 2,13 triliun.
Pada periode yang sama total liabilitas Saratoga naik 7% atau sebesar Rp 288,01 miliar. Sebagian besar penyebabnya adalah kenaikan nilai pinjaman dengan perbankan.
Selama kuartal I 2020, Saratoga mencatatkan kerugian bersih atas investasi pada saham dan efek ekuitas lain sebesar Rp 5.90 triliun. SRTG menanggung rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan Rp 6,01 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News